Sri mengatakan krisis keuangan global 2008 memaksa setiap negara untuk melakukan upaya penyelamatan lewat berbagai kebijakan fiskal dan moneter. Pada kebijakan fiskal, setiap pemerintah menggelontorkan dana stimulus seperti yang dilakukan pemerintah tahun ini sebesar Rp 73,3 triliun untuk meningkatkan daya beli masyarakat dan mendorong pertumbuhan.
Adapun pada kebijakan moneter, bank sentral mengendalikan inflasi rendah, mengendorkan kebijakan suku bunga mereka, dan mencetak uang untuk mengisi likuiditas sistem keuangan yang mengalami krisis likuiditas.
Dia mencontohkan bank sentral Amerika Serikat, the Federal Reserve, yang mencetak dolar hingga sebesar Rp 2.400 triliun untuk mengisi likuiditas sistem keuangan yang mengering.
Nah, negara G20 sepakat bahwa berbagai kebijakan yang dilakukan setiap Negara dalam menangani krisis 2008 itu bukanlah kebijakan yang normal.
Oleh sebab itu, ketika krisis keuangan kini mulai mereda dengan munculnya gejala pemulihan ekonomi global, berbagai negara diyakini bakal menyesuaikan lagi berbagai kebijakannya. “Penyesuaian itulah yang harus juga disesuaikan oleh para investor,” ujarnya.
Apalagi, negara G20 akan sangat berhati-hati untuk memutuskan exit policy yang diperkirakan akan sangat tergantung kesiapan masing-masing negara. Pelaku usaha pasti akan kembali melakukan penyesuaian terhadap kondisi kesehatan keuangan mereka setelah sebelumnya mereka terus terhimpit krisis.
"Jadi jangan berharap kondisi nyaman saat ini, dana berlimpah, suku bunga rendah, inflasi rendah, akan berlangsung selamanya. pelaku usaha harus tetap membuat berbagai skenario," katanya.
Sri pun berharap para investor dan pelaku usaha tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian (prudent), transparan, dan konsisten dalam menjalankan bisnisnya. Dia mempersilahkan pelaku pasar berupaya mengambil keuntungan sebesar-besarnya sepanjang tak menimbulkan gangguan terhadap keseluruhan sistem.
Meski demikian, dia berharap investor juga tetap optimis melihat potensi perekonomian Indonesia yang berpeluang tumbuh lebih besar pada masa mendatang.
Pemerintah, kata dia, akan tetap berupaya untuk menjaga kepercayaan publik dan investor. Dia mengibaratkan pemerintah dan investor sebagai mitra kerja. “Bedanya saya regulator, anda pelaku pasar. Tujuan kita sama, anda mendapat keuntungan maksimum, saya bisa menjamin wibawa dengan menjaga kepentingan public,” kata Sri.
AGOENG WIJAYA | FAMEGA SAVIRA