INFO BISNIS – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI mampu mengelola kualitas asetnya dengan baik. Hal ini ditunjukkan dengan rasio Non Performing Loan (NPL) BRI pada Triwulan III 2024 sebesar 2,90 persen, membaik dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yakni sebesar 3,07 persen.
Perseroan juga berhasil mencatat rasio Loan at Risk (LAR) yang lebih baik, dari semula 13,80 persen pada akhir Triwulan III 2023 menjadi 11,66 persen pada akhir Triwulan III 2024. “Penurunan rasio NPL dan LAR ini didukung oleh penerapan strategi pengelolaan manajemen risiko yang disiplin di seluruh lini bisnis,” kata Direktur Utama BRI Sunarso pada press conference Kinerja Keuangan BRI Triwulan III 2024 di Jakarta, Rabu, 30 Oktober 2024.
Menurut dia, BRI secara aktif memantau kualitas kredit dan mengadopsi Early Warning System untuk mendeteksi potensi masalah kredit sedini mungkin. Selain itu, BRI juga memperkuat tim recovery untuk mengelola kredit bermasalah dengan lebih cepat dan efisien.
Direktur Manajemen Risiko BRI Agus Sudiarto mengatakan NPL dapat ditekan sesuai dengan arahan dari perseroan. “Ini sesuai dengan guideline kami di bawah 3 persen,” ujarnya.
Menurutnya, terdapat beberapa strategi yang dilakukan sehingga NPL terus membaik. “Pertama, kalau kita bicara kredit tentu ada front-end, mid-end, dan back-end,” ucap dia. Di bagian front-end atau tahapan terdepan, BRI melakukan proses identifikasi dan seleksi resiko (underwrite) kredit-kredit baru dan kemudian mensupervisi kredit-kredit yang ada.
Pada saat menjadi NPL atau kredit bermasalah maka yang dilakukan BRI adalah melakukan penguatan lebih khusus lagi sejak awal Triwulan II. “Kami memperketat front-end,” kata dia. Artinya, lanjut Agus, kriteria debitur diperketat lagi. “Ini bisa menurunkan NPL yang ada dan memperbaiki kualitas.”
Langkah tersebut menurut Agus diambil sebagai salah satu respon terhadap kenaikan rasio NPL yang sempat terjadi pada Triwulan I 2024. “Pada quarter I tahun ini, kita sempat ada kenaikan di NPL ratio.” Namun menurutnya dengan berbagai strategi yang diterapkan, semua kondisi tersebut pun mulai membaik.
BRI mencatat, rasio Loan at Risk (LAR) yang lebih baik, dari semula 13,80 persen pada akhir Triwulan III 2023 menjadi 11,66 persen pada akhir Triwulan III 2024. Penurunan rasio NPL dan LAR ini didukung oleh penerapan strategi pengelolaan manajemen risiko yang disiplin di seluruh lini bisnis.
BRI secara aktif memantau kualitas kredit dan mengadopsi Early Warning System untuk mendeteksi potensi masalah kredit sedini mungkin. Selain itu, BRI juga memperkuat tim recovery untuk mengelola kredit bermasalah dengan lebih cepat dan efisien.
Di samping kualitas kredit yang semakin membaik, BRI juga tetap mempersiapkan pencadangan yang memadai dengan NPL Coverage sebesar 215,44 persen. BRI diketahui telah mengimplementasikan berbagai langkah mitigasi risiko, mulai dari selective growth, pemantauan kredit secara proaktif, penguatan pencadangan, hingga penyelesaian kredit bermasalah yang dilakukan dengan pendekatan kolaboratif bersama nasabah. (*)