TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Jokowi mengatakan untuk menarik investasi khususnya di sektor energi dan sumber daya mineral (ESDM), pemerintah perlu membuat regulasi yang sederhana. Sebab, aturan saat ini sering kali memakan waktu lama dalam proses perizinan dan menghambat investasi.
Oleh sebab itu, Kepala Negara meminta Menteri ESDM Bahlil Lahadalia untuk menyederhanakan sistem perizinan.
"Semua yang berkaitan yang memakan waktu lama, berputar-putar dari meja satu ke meja dua ke meja tiga ke meja empat ke meja 5, harus mulai disederhanakan," kata Jokowi saat pidato dalam acara Malam Penganugerahan Penghargaan Subroto, Peringatan Hari Jadi Pertambangan dan Energi di Grand Ballroom Kempinski, Jakarta, Kamis, 10 Oktober 2024.
Tanpa penyederhanaan izin dan perbaikan regulasi yang ada saat ini, menurut Jokowi, Indonesia akan kesulitan bersaing dengan negara-negara lain. Menurutnya, negara yang cepat akan mengalahkan negara yang lambat, termasuk dalam sektor minyak.
"Bukan negara besar mengalahkan negara kecil, bukan negara kaya mengalahkan negara berkembang, tapi negara yang cepat akan mengalahkan negara yang lambat," ucapnya.
Jokowi menyayangkan bahwa volume minyak yang telah diolah dan siap dijual atau lifting minyak Indonesia saat ini sedang menurun. Pasalnya, penurunan tersebut membuat negara harus mengeluarkan biaya yang sangat besar. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan untuk mengimpor minyak dari luar negeri demi memenuhi permintaan dalam negeri.
"Berarti impor kita, impor minyak kita, impor gas kita, ratusan triliun yang harus kita keluarkan. Artinya devisa kita hilang," ujarnya.
Maka dari itu, ia juga berpesan kepada Kementerian ESDM untuk melakukan cara apa pun agar produksi bisa meningkat. Entah itu dikerjakan secara mandiri ataupun menggunakan mekanisme kerja sama dengan BUMN maupun pihak swasta.
"Entah itu dikerjain dengan perusahaan asing, semuanya dilakukan. Baru tadi siang juga terima Menteri Keuangan, 'Pak, ini lifting minyak kita nggak boleh dibiarkan terus seperti ini',” ujar Jokowi.
Kementerian ESDM mencatat produksi harian minyak nasional per 8 Oktober 2024 mencapai 563.485 barel per hari (bph), lebih rendah dari target APBN 2024 yang ditetapkan sebesar 635.000 bph. Di sisi lain, produksi gas Indonesia tercatat 6.930 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD), melampaui target tahun ini yang sebesar 5.785 MMSCFD.
Pilihan Editor: Jokowi Bertolak ke IKN Hari Ini untuk Lakukan Grondbreaking, Apa Saja yang Akan Diresmikan?