Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

4 Negara Ini Pernah Alami Deflasi Parah Hingga Melumpuhkan Perekonomian

image-gnews
Ilustrasi bursa efek Amerika dan nilai mata uang dollar Amerika. Getty Images
Ilustrasi bursa efek Amerika dan nilai mata uang dollar Amerika. Getty Images
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Deflasi, penurunan harga barang dan jasa secara terus-menerus, dapat menyebabkan dampak ekonomi yang serius. Meskipun inflasi kerap menjadi perhatian utama, deflasi juga berpotensi memicu krisis yang melumpuhkan perekonomian. Beberapa negara di dunia pernah mengalami deflasi parah yang mengakibatkan stagnasi ekonomi berkepanjangan, pengangguran, dan ketidakstabilan finansial. Berikut adalah beberapa negara yang pernah menghadapi deflasi parah;

 1. Amerika Serikat - Great Depression 1930-an
Amerika Serikat adalah salah satu negara yang mengalami deflasi paling parah dalam sejarah modern, terutama pada masa Depresi Besar tahun 1930-an. Krisis ini dipicu oleh runtuhnya pasar saham pada tahun 1929, yang diikuti oleh penurunan drastis dalam permintaan barang dan jasa. Harga barang-barang konsumen jatuh hingga lebih dari 30%, dan tingkat pengangguran melonjak. Deflasi memperparah situasi karena konsumen menunda pembelian dengan harapan harga akan terus turun, yang kemudian memperburuk penurunan permintaan.

Bank sentral, The Federal Reserve, pada masa itu gagal merespons krisis dengan tepat. Alih-alih mendorong ekspansi moneter, mereka mempertahankan kebijakan moneter yang ketat, sehingga likuiditas di pasar semakin terbatas. Akibatnya, Amerika Serikat terjebak dalam deflationary spiral yang menyebabkan krisis berlangsung hingga hampir satu dekade. Baru setelah pemerintah meluncurkan kebijakan New Deal dan Second World War dimulai, ekonomi mulai pulih.

 2. Jepang - “Dekade yang Hilang” 1990-an
Jepang mengalami deflasi berkepanjangan setelah gelembung ekonomi pecah pada akhir 1980-an. Krisis ini bermula dari lonjakan harga aset, terutama properti dan saham, yang kemudian runtuh pada awal 1990-an. Ketika harga aset jatuh, bank-bank Jepang terjebak dengan kredit macet, dan sistem perbankan mengalami stagnasi. Hal ini memicu periode panjang deflasi yang dikenal sebagai "Dekade yang Hilang."

Selama tahun 1990-an, harga barang dan jasa di Jepang terus menurun, sementara pertumbuhan ekonomi mandek. Upaya Bank of Japan untuk mengatasi masalah ini dengan menurunkan suku bunga ke level sangat rendah hanya menghasilkan sedikit dampak positif. Meskipun suku bunga rendah, konsumen dan perusahaan tetap enggan melakukan pinjaman atau investasi karena ketidakpastian ekonomi yang meluas. Akibatnya, Jepang mengalami stagnasi ekonomi selama lebih dari satu dekade.

 3. Swedia - Deflasi Awal 1920-an
Melansir dari riskbank.se, Swedia juga mengalami periode deflasi yang parah pada awal 1920-an, akibat dampak dari Perang Dunia I. Setelah perang berakhir, Swedia mengalami penurunan tajam dalam harga-harga barang dan jasa yang diakibatkan oleh penurunan permintaan global dan kelebihan kapasitas produksi. Pemerintah Swedia dan bank sentralnya gagal dalam merespons krisis ini dengan cepat, sehingga ekonomi negara tersebut terpuruk.

Selama periode deflasi, pengangguran di Swedia meningkat drastis, dan tingkat pertumbuhan ekonomi turun signifikan. Baru setelah pemerintah mengadopsi kebijakan fiskal yang lebih ekspansif dan menurunkan suku bunga, Swedia perlahan-lahan mulai pulih dari dampak deflasi.

 4. Hong Kong - Krisis Keuangan Asia 1997
Hong Kong adalah salah satu negara yang mengalami deflasi setelah krisis keuangan Asia pada tahun 1997. Krisis ini bermula dari kejatuhan pasar properti dan pasar saham, yang kemudian memicu penurunan besar dalam permintaan konsumen. Harga barang dan jasa menurun selama beberapa tahun, menyebabkan sektor ekonomi utama seperti properti dan keuangan terdampak parah. Krisis ini juga menyebabkan pengangguran meningkat dan menurunkan kepercayaan investor.

Dilansir dari hkma.gov.hk, Pemerintah Hong Kong merespons dengan langkah-langkah penghematan dan kebijakan deflasi ketat. Meskipun deflasi di Hong Kong akhirnya berhasil diatasi, dampaknya terhadap ekonomi dan masyarakat masih terasa hingga beberapa tahun setelah krisis berakhir.

Pilihan editor:

 

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Respons Jokowi soal Penyebab Deflasi 5 Bulan Berturut-turut: Coba Dicek Betul

6 jam lalu

Momentum Deflasi Bakal Berlanjut
Respons Jokowi soal Penyebab Deflasi 5 Bulan Berturut-turut: Coba Dicek Betul

Presiden Jokowi akhirnya angkat suara terkait penyebab deflasi beruntun selama lima bulan


Presiden Jokowi Angkat Bicara Soal Deflasi 5 Bulan Beruntun: Harus Dikendalikan

1 hari lalu

Presiden Joko Widodo membuka kegiatan Nusantara TNI Fun Run di kawasan IKN, Kalimantan Timur, Minggu, 6 Oktober 2024. Biro Pers Sekretariat Presiden
Presiden Jokowi Angkat Bicara Soal Deflasi 5 Bulan Beruntun: Harus Dikendalikan

Presiden Jokowi akhirnya angkat bicara soal deflasi yang menurut BPS sudah belangsung selama lima bulan berturut-turut.


Jokowi soal Deflasi 5 Bulan Beruntun: Dicek Betul, karena Tak Ada Hambatan Transportasi atau Daya Beli Berkurang

1 hari lalu

Presiden Joko Widodo ditemui di Istana Merdeka Jakarta, 21 September 2024. TEMPO/Daniel A. Fajri
Jokowi soal Deflasi 5 Bulan Beruntun: Dicek Betul, karena Tak Ada Hambatan Transportasi atau Daya Beli Berkurang

Presiden Jokowi angkat bicara soal angka deflasi beruntun beberapa bulan terakhir ini.


Terjadi dari Mei-September 2024, Apa Itu Deflasi dan Penyebabnya?

2 hari lalu

Seorang pedagang di Pasar Legi Solo melayani pelanggannya membeli aneka kebutuhan dapur, Sabtu, 20 April 2024. TEMPO/SEPTHIA RYANTHIE
Terjadi dari Mei-September 2024, Apa Itu Deflasi dan Penyebabnya?

Deflasi merupakan fenomena penurunan harga yang ada di dalam suatu wilayah.


Terpopuler Bisnis: Alasan Pemindahan ASN ke IKN Kembali Ditunda, Indikator Anjloknya Daya Beli Masyarakat

2 hari lalu

Pegawai melintas di salah satu tower rumah susun (rusun) hunian ASN di Ibu Kota Nusantara (IKN), Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Jumat, 13 September 2024. Kementerian PUPR melalui Direktorat Jenderal Perumahan melakukan pembangunan rusun ASN di IKN dengan total keseluruhan 47 menara atau tower rusun dalam rangka mendukung pemindahan ASN secara bertahap mulai 2024. ANTARA/M Risyal Hidayat
Terpopuler Bisnis: Alasan Pemindahan ASN ke IKN Kembali Ditunda, Indikator Anjloknya Daya Beli Masyarakat

Basuki Hadimuljono membeberkan alasan pemindahan aparatur sipil negara atau ASN ke Ibu Kota Nusantara (IKN) kembali ditunda.


Setelah Deflasi 4 Bulan Berturut-turut, Kota Solo Alami Inflasi 1,69 Persen di Bulan September 2024

3 hari lalu

Seorang pedagang di Pasar Legi Solo melayani pelanggannya membeli aneka kebutuhan dapur, Sabtu, 20 April 2024. TEMPO/SEPTHIA RYANTHIE
Setelah Deflasi 4 Bulan Berturut-turut, Kota Solo Alami Inflasi 1,69 Persen di Bulan September 2024

Kota Solo pada bulan September 2024 mengalami inflasi sebesar 1,69 persen. Inflasi tersebut terjadi setelah empat bulan sebelumnya secara berturut-turut, yaitu dari Mei hingga Agustus 2024, Solo mengalami deflasi.


Soal Deflasi 5 Bulan, Ini Bedanya Pendapat Sri Mulyani dengan Pengusaha dan Pengamat

3 hari lalu

Seorang pedagang menunggu pembeli di Pasar Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) dua Dreamland, Batam, Kepulauan Riau, Selasa, 30 Agustus 2022. Sepinya pedagang di pasar tersebut salah satunya diakibatkan kurangnya pendapatan dikarenakan para pembeli lebih memilih dagangan yang dijual pada lapak pasar liar yang dibuka pedagang di pinggir jalan umum dan lebih dekat dengan permukiman warga. ANTARA FOTO/Teguh Prihatna
Soal Deflasi 5 Bulan, Ini Bedanya Pendapat Sri Mulyani dengan Pengusaha dan Pengamat

Kalangan pengusaha khawatir deflasi ini menyebabkan menurunnya daya beli, sementara pemerintah tidak melihatnya berkaitan dengan daya beli.


Kenapa Sri Mulyani Sebut Deflasi Berbulan-bulan Justru Positif Meski Pengusaha dan Ekonom Cemas?

3 hari lalu

Menteri Keuangan Sri Mulyani di acara 8th Annual Islamic Finance Conference (AIFC) di gedung Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat pada Jumat, 4 Oktober 2024. TEMPO/Nabiila Azzahra A.
Kenapa Sri Mulyani Sebut Deflasi Berbulan-bulan Justru Positif Meski Pengusaha dan Ekonom Cemas?

Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut deflasi yang terjadi berturut-turut selama 5 bulan justru positif. Pengusaha dan ekonom justru cemas.


Zulkifli Hasan Tanggapi Deflasi Lima Bulan Beruntun: Belum Ada Jalan untuk Membantunya

3 hari lalu

Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan menjawab pertanyaan seputar koalisi PAN dalam Pemilu 2024 di Hotel Sahid Solo, Rabu, 12 Juli 2023.TEMPO/SEPTHIA RYANTHIE
Zulkifli Hasan Tanggapi Deflasi Lima Bulan Beruntun: Belum Ada Jalan untuk Membantunya

Mendag Zulkifli Hasan menyatakan pemerintah akan mengkaji lebih lanjut penyebab deflasi lima bulan beruntun.


Airlangga Hartarto Beri Penjelasan di Balik RI Deflasi Lima Bulan Beruntun

3 hari lalu

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto ketika ditemui dalam acara kumparan Green Initiative Conference di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa, 24 September 2024 . Tempo/Vedro Imanuel
Airlangga Hartarto Beri Penjelasan di Balik RI Deflasi Lima Bulan Beruntun

Airlangga Hartarto mengatakan pemerintah sedang berupaya mengendalikan inflasi dan menjaga daya beli masyarakat di tengah tren deflasi beruntun.