TEMPO.CO, Jakarta - Meningkatnya kekhawatiran atas konflik yang meluas di Timur Tengah menyebabkan harga minyak dunia naik. Pelaku pasar waswas konflik Iran-Israel mengancam aliran atau pasokan minyak mentah global. Pada Kamis, 3 Oktober, minyak mentah berjangka Brent naik 4,86 persen menjadi US$ 77,49 per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS juga naik 5,11 persen, menjadi US$ 73,68 per barel.
Analis senior di Price Futures Group atau perusahaan pialang berjangka asal Amerika Serikat, Phil Flynn, memaparkan kekhawatiran pasar memuncak atas kemungkinan meningkatkan serangan balasan kepada Iran dengan menargetkan infrastruktur minyak di Negeri Para Mullah itu. “Ini akan benar-benar menguji keberanian pasar karena selama ini risiko terhadap suplai telah diremehkan, jadi ini bisa menjadi game changer,” kata Phil Flynn dikutip dari Reuters, Jumat, 4 Oktober 2024.
Pasar menurut Flynn, harus memasang sabuk pengaman dan bersiap-siap menghadapi volatilitas. Ada kekhawatiran eskalasi semacam itu dapat mendorong Iran memblokir Selat Hormuz atau menyerang infrastruktur Saudi, seperti yang terjadi pada 2019. Selat ini merupakan titik kunci logistik yang dilalui seperlima pasokan minyak harian.
Intensitas konflik yang meningkat muncul setelah Iran menembakkan rudal balistik ke Israel. Iran menembakkan rudal pada Rabu dini hari, 2 Oktober 2024. Agresi itu direspons Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang berjanji bahwa Iran, akan membayar serangan tersebut.
Pada Kamis dini hari, Israel mengebom pusat kota Beirut, Lebanon dan menewaskan sedikitnya enam orang. Dipicu bentrokan dalam setahun melawan kelompok bersenjata Hizbullah yang didukung Iran. Eskalasi permusuhan telah merembes keluar dari Israel dan wilayah Palestina yang diduduki ke Lebanon dan Suriah.
Reuters
Pilihan editor: Cerita 80 Ekor Buaya Titipan BKSDA, Lepas dan Masuk Kampung di Cianjur