Selain itu, beban perusahaan pun turut membesar. Agung mengungkapkan, beban lain-lain perusahaan naik hingga 310,16 persen menjadi Rp5,4 triliun. Sementara beban keuangan pada 2024 meningkat sebesar Rp3,2 triliun atau 133,7 persen.
Oleh karena itu, Agung mengatakan perseroan harus mengumpulkan modal melalui penerbitan obligasi yang akhirnya membuat beban keuangan membengkak. Dia menyebut perseroannya akhirnya terpaksa meminjam melalui obligasi itu.
“Mau tidak mau WIKA juga harus melakukan pinjaman melalui obligasi ya. Apalagi dengan adanya bisnis properti yang kami memberikan SHL (surat hibah lahan) yang cukup besar pada kurun waktu 2019-2022,” kata dia.
Menanggapi klaim penyertaan modal triliunan dari WIKA, manajemen KCIC mengatakan semua sudah sesuai alurnya. “Dapat kami sampaikan bahwa dalam prosesnya semua yang berkaitan dengan penagihan di KCIC, harus melalui prosedur administrasi agar semuanya dapat dipertanggungjawabkan dengan baik,” ujar Corporate Secretary PT KCIC, Eva Chairunisa, Selasa.
Prosedur tersebut menurut Eca mencakup sisi keuangan yang telah sesuai dengan tata kelola perusahaan yang baik. Selain itu, Eva juga mengungkapkan saat ini operasional Whoosh terus mengalami peningkatan.
Ia memaparkan jumlah perjalanan terus bertambah dari 14 perjalanan reguler per hari di Oktober 2023, menjadi 48 perjalanan reguler per hari sejak Mei 2024. Pada awal tahun 2025, ditargetkan jumlah perjalanan kereta dapat mencapai hingga 62 per hari.
Klaim kerugian proyek kereta cepat Whoosh juga ditanggapi oleh ekonom senior Indonesia, Faisal Basri. Pengamat dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) itu menilai, kerugian muncul karena penugasan proyek kereta cepat dari pemerintah yang melampaui kemampuan BUMN. Jika hal ini diteruskan, menurut dia, satu per satu perusahaan pelat merah akan tumbang.
Bila tidak dibereskan, kata dia, permasalahan itu juga akan berlanjut di era pemerintahan Prabowo Subianto. “Meledak satu-satu,” kata Faisal, ditemui di sebuah hotel di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa, 16 Juli 2024.
RADEN PUTRI | TIM TEMPO
Pilihan Editor: Faisal Basri Sebut BUMN Merugi Bisa Jadi Bom Waktu di Pemerintahan Prabowo