TEMPO.CO, Jakarta - Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung, Whoosh menjadi sorotan karena dituding sebagai alasan utama PT Wijaya Karya Tbk (Persero) mengalami kerugian pada 2023 lalu.
Mendengar hal itu, Manajemen PT Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC) buka suara. Menurut Corporate Secretary PT KCIC, Eva Chairunisa, seluruh proses pembangunan kereta cepat itu sudah melalui tahap perhitungan dan pertimbangan.
“Proyek Kereta Cepat Whoosh sudah mempertimbangkan banyak hal yang telah dikoordinasikan bersama seluruh stakeholder yang terlibat,” ujar Eva lewat pernyataan resmi Selasa, 16 Juli 2024.
Adapun duduk perkara tudingan tersebut bermula dari pernyataan Direktur Utama Wijaya Karya, Agung Budi Waskito. Dia mengatakan, perusahaan yang dipimpinnya masih merugi pada 2023 akibat proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung alias Whoosh. Agung menyebut kerugian itu memaksa emiten berkode saham WIKA tersebut menerbitkan obligasi.
Selain beban bunga, Agung mengatakan Wika juga tertekan karena PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) yang merugi. PSBI merupakan anak usaha dari PT Kereta Api Indonesia (KAI) yang memiliki mayoritas saham PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) sebesar 60 persen. Adapun Wika memiliki 38 persen saham PSBI.
Agung menyatakan rugi perseroan akibat membayar penyertaan untuk proyek kereta cepat, membuat perusahaan harus menerbitkan obligasi yang menambah beban keuangan. Adapun penyertaan yang sudah digelontorkan sebesar Rp6,1 triliun.
“Kami itu memang yang paling besar karena dalam penyelesaian proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung, dari penyertaan saja kami sudah Rp6,1 triliun. Kemudian yang masih dispute sekitar Rp5,5 triliun. Sehingga hampir Rp12 triliun," kata Agung dalam tanya jawab saat dengan Komisi VI DPR, pada Senin, 8 Juni 2024.
Sementara itu, Agung menuturkan perseroannya mencatatkan kerugian Rp7,12 triliun pada 2023. Angka itu dinilai membengkak dari 2022 sebesar Rp59,59 miliar atau 11,86 persen.