Peneliti Ekonomi Center for Strategic and Intrenational Studies (CSIS) Dandy Rafitrandi, menilai target nett zero emission kemungkinan akan gagal bila kebijakan transisi energi tidak segera diperbaiki. Dalam studi terbarunya, ia menemukan bahwa saat ini fasilitas untuk investasi dan pendanaan hijau di Indonesia tidak memadai.
Di lain sisi, ia mengatakan ganjalan terbesar dalam transisi energi adalah ketergantungan ekonomi negara terhadap sektor batu bara. Menurutnya menyetop batu bara memang tidak bisa dilakukan dengan cepat dan harus bertahap. Akan tetapi, hingga saat ini produksi batu bara nasional terus membengkak melampaui target.
"Kalau dengan effort yang sekarang, nett zero emission pada 2060 sepertinya akan gagal. Makanya pemerintah Prabowo nanti itu harus kita lihat lagi apa komitmennya tehradap transisi energi," ujar dia.
Sedangkan riset yang dilakukan Trend Asia pada 2022 menunjukkan, pertumbuhan energi terbarukan di Indonesai hanya 0,8 persen per tahun. Capaian energi terabarukan saat ini masih sekitar 11 persen dari target 23 persen pada 2025,
Di saat bersamaan, Trend Asia mencatat bahwa pemerintah terus memberi insentif untuk sektor batu bara dengan disahkannya Perppu No.2/2022 tentang UU Cipta Kerja.
Melalui UU Cipta Kerja, pengusaha batu bara mendapatkan perlakuan tertentu terhadap kewajiban penerimaan negara. Selain meminta kepastian regulasi dan insentif fiskal-nonfiskal, pengusaha batubara selanjutnya juga meminta jaminan ketersediaan pasar untuk produk hilirisasi batubara kepada pemerintah.
Pilihan Editor: Cuaca Panas Arab Saudi: Jemaah Haji Meninggal hingga Pengaruh Perubahan Iklim