Deputi Kelautan dan Pertanian Kementerian Koordinator Perekonomian, Bayu Krisnamukti, mengungkapkan dana siaga ini tak hanya digunakan untuk satu komoditas tapi juga kepentingan khusus yang lebih fleksibel guna menjaga stabilitas harga pangan.
"Digunakan untuk apa pun, seperti beli pompa, puso, atau dampak yang kena ke konsumen," ujarnya sebelum mengikuti rapat mendadak bersama Menteri Keuangan dan Pelaksana Tugas Menteri Koordiantor Perekonomian di kantor Departemen Keuangan, Jakarta, Jumat (17/7).
Namun, dia melanjutkan, sebelumnya pemerintah belum pernah mengalokasikan dana serupa. Bayu menambahkan alokasi dana pada anggaran 2010 itu masih harus mendapatkan persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat.
Dana siaga tersebut merupakan satu dari empat langkah antisipasi pemerintah. Langkah pertama, pemerintah memastikan stok beras Bulog melebihi 1,5 juta ton. Stok beras hingga akhir tahun 1,6-1,7 juta ton. "Sudah lewat batas stok. Cukup memenuhi beras subsidi (sebelumnya beras miskin) selama empat bulan di seluruh Indonesia," ucapnya.
Kepastian jumlah stok ini, Bayu melanjutkan, juga sebagai upaya mengurangi spekulasi di tingkat pedagang. "Tak ada yang berani spekulasi karena pemerintah punya beras yang siap digelontorkan," tutur dia.
Langkah kedua, pemerintah akan meneruskan program beras subsidi kepada 17,5 juta rumah tangga sasaran selama 12 bulan. Jumlah rumah tangga sasaran turun dari tahun ini sebanyak 18 juta. Pemerintah masih perlu membahas jumlah kilogram dan harga beras yang diberikan. "Tahun ini 15 kilogram dan tahun depan kemungkinannya tetap atau turun jadi 12 kilogram," ucap dia.
Sementara langkah ketiga yakni pendataan usaha tani (PUT) 2009. Pemerintah telah berhasil mengidentifikasi 17 juta usaha tani berupa nama, alamat, dan luas lahan. Dengan data ini pemerintah akan meningkatkan efisiensi pertanian menuju uji coba subsidi terpadu tahun depan yang langsung ke petani kecil. Subsidi terpadu akan dilakukan secara penuh pada 2011. "Sekarang subsidi pada komoditi pupuk, nanti ke petani," ujarnya.
Meski telah menyiapkan langkah antisipasi, namun Bayu mengaku hingga kini pemerintah belum tahu eskalasi dampak Elnino ke Indonesia. Seperti diketahui Elnino telah beberapa kali menyebabkan kekeringan, dan dampak terparah pada 1997-1998.
RIEKA RAHADIANA