TEMPO.CO, Jakarta - Analis dari Deu Calion Futures (DCFX), Andrew Fischer, menyebut harga emas berpotensi naik cukup besar. Salah satu sentimennya adalah imbas insiden yang menewaskan Presiden Iran Ebrahim Raisi pada Senin, 20 Mei 2024. Meskipun, harga emas pagi ini cenderung mengalami penurunan. Namun, kata Fischer, situasi ini masih bisa dimanfaatkan oleh investor yang menyukai analisis jangka pendek.
Hari ini, harga emas mencapai rekor tertinggi dalam perdagangan di Asia. Spot gold naik hampir 1 persen ke level tertinggi US$ 2.440,56 per troy ons. Sementara itu, gold futures yang akan berakhir pada bulan Juni mencapai rekor tertinggi US$ 2.444,55 per troy ons.
"Kenaikan ini didorong oleh meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, pasca kecelakaan helikopter yang melibatkan Presiden Iran. Situasi ini menambah permintaan terhadap emas sebagai aset safe haven," kata dia dalam keterangan tertulis pada Selasa, 21 Mei 2024.
Selain emas, harga logam mulia lainnya juga mengalami kenaikan. Platinum futures naik 0,2 persen menjadi US$ 1.096,5 per troy ons, sementara silver futures melonjak 3,2 persen ke level tertinggi lebih dari 11 tahun di level US$ 32,285 per troy ons.
"Kenaikan harga logam-logam ini didukung oleh ekspektasi penurunan suku bunga AS tahun ini serta meningkatnya permintaan dan pasokan yang lebih ketat, terutama pada logam industri," kata Fischer.
Secara keseluruhan, meskipun ada potensi penurunan harga emas dalam jangka pendek, namun menurut Fischer, faktor-faktor geopolitik dan kebijakan moneter global tetap memberikan dukungan terhadap harga emas. Dia mengimbau investor tetap waspada dan memerhatikan perkembangan yang ada.
"Investor diharapkan tetap waspada dan mempertimbangkan analisis jangka pendek untuk mengantisipasi volatilitas pasar yang tinggi."
Selanjutnya: Menurut Fischer, kecelakaan yang melibatkan Presiden Iran menimbulkan spekulasi....