Menurut Fischer, kecelakaan yang melibatkan Presiden Iran menimbulkan spekulasi adanya keterlibatan pihak-pihak tertentu, termasuk Israel. Jika terbukti ada hubungan dengan Israel, kata Fischer, maka harga emas diperkirakan akan melonjak kembali. Hal ini didorong oleh ketidakpastian politik dan permintaan aset safe haven.
"Ketidakstabilan di Timur Tengah sering kali mendorong permintaan untuk aset safe haven seperti emas. Ketegangan yang meningkat, termasuk potensi konflik antara Israel dan Iran serta situasi militer antara Rusia dan Ukraina, menambah tekanan pada pasar," tutur Fischer.
Faktor lain yang mendukung harga emas adalah ekspektasi penurunan suku bunga oleh The Fed. Data inflasi AS yang lemah untuk bulan April telah meningkatkan harapan bahwa bank sentral akan mulai memangkas suku bunga paling cepat September tahun ini. Ekspektasi ini telah mendorong reli yang lebih luas di pasar logam mulia, termasuk emas.
Selain itu, Fischer juga menyoroti ketakutan terhadap kemungkinan pecahnya Perang Dunia III akibat kecelakaan tersebut menjadi perhatian utama investor. Jika ketegangan meningkat dan ada bukti keterlibatan Israel, harga emas diprediksi akan kembali naik signifikan.
"Namun, untuk saat ini, pasar masih dalam fase penyelidikan dan menunggu perkembangan lebih lanjut dari situasi ini."
Fischer menggunakan metode candlestick dan trendline untuk memprediksi pergerakan harga emas. Meskipun belum ada berita signifikan yang muncul hari ini, namun Fischer menyebut pola candlestick menunjukkan potensi koreksi.
"Tren emas yang sebelumnya berada dalam kondisi bullish yang kuat, sekarang perlu diwaspadai karena adanya tanda-tanda penurunan."
Pilihan Editor: Dikabarkan Gantikan Sri Mulyani di Pemerintahan Prabowo, Ini Tanggapan Tiko