Ketiga, Yusuf memaparkan RAPBN 2025 akan digelayuti beban yang semakin berat, terutama dari warisan proyek-proyek mercusuar dan infrastruktur Presiden Joko Widodo (Jokowi) serta masuknya program-program populis dari presiden terpilih, Prabowo Subianto, misalnya makan siang gratis.
Yusuf menganalisis bahwa dengan postur dan ruang fiskal yang terbatas, APBN 2025 seharusnya difokuskan untuk meredam inflasi dan menjadi shock absorber. Selain itu, dia juga mengingatkan soal urgensi menjaga pertumbuhan melalui daya beli rakyat serta penguatan program kualitas SDM yaitu pendidikan dan kesehatan.
"Namun hal ini sangat tidak mudah dilakukan karena APBN kita telah dipenuhi beban yang semakin memberatkan," tuturnya.
Berkenaan dengan penerimaan negara, Yusuf mengkhawatirkan target pendapatan perpajakan karena dibuat diatas asumsi pertumbuhan ekonomi 5,3-5,6 persen. Jika pertumbuhan ekonomi gagal tercapai, jelas Yusif, maka target penerimaan pajak juga berpotensi besar tidak tercapai.
"Ketidakpastian global yang masih sangat tinggi, terutama dari perang Rusia-Ukraina dan kini Perang Israel-Iran akan menekan potensi pertumbuhan 2025," ucapnya.
Pilihan Editor: Tol Tangerang Merak dari Serang Barat - Cilegon Timur Dilebarkan Jadi 3 Lajur, Ditargetkan Selesai Awal 2025