TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Djoko Setijowarno, mengatakan dibutuhkan opsi transportasi lain selain moda jalan raya untuk mengantisipasi gangguan banjir di jalur pantai utara Jawa. Menurut Djoko, daerah Pantura timur seperti Demak sampai Grobogan memang rentan terhadap banjir.
"Tidak hanya banjir, kalau membangun jalan, macetnya ampun," kata Djoko melalui saluran telepon kepada Tempo pada Ahad, 25 Maret 2024 malam.
Menurut Djoko, kereta api menjadi opsi paling memungkinkan untuk mengantisipasi kemacetan dan banjir di daerah tersebut. Pemerintah sebetulnya sudah merencanakan pembangunan jalur kereta api dari Semarang ke timur.
"Cuma enggak terealisasi karena pandemi Covid-19,” kata Djoko.
Saat ini jalur kereta api yang aktif hanya dari Semarang menuju Surabaya via Cepu dan Bojonegoro. Adapun jalur kereta api utara lewat Demak-Kudus-Rembang sudah tidak aktif lagi. Djoko mengklaim jalur kereta api bisa menjadi alternatif untuk mengantisipasi macet dan banjir yang kerap terjadi di daerah Demak dan Kudus, terutama bagi angkutan barang.
“Kalau dialihkan dengan jalur kereta lebih murah, lebih efisien bagi semuanya. Jalan tidak mudah rusak,” ujarnya.
Menurut Djoko, selama ini jalan di Pantura mudah rusak lantaran truk angkutan barang berukuran besar. Pengiriman logistik dipaksakan menggunakan jalur darat. Untuk itu Djoko meminta pemerintah mengantisipasi kerusakan jalan dan banjir di jalur ini, terutama dalam arus mudik lebaran 2024.
“Prediksi katanya sampai akhir bulan Maret cuaca seperti ini. Tapi mungkin bisa meleset,” ujarnya.
Sebelumnya banjir telah merendam sejumlah wilayah di Semarang, Demak hingga Kudus. Sejumlah perjalanan kereta api yang melintas ke Semarang terganggu. Tak hanya itu, jalur angkutan darat antara Demak-Kudus juga terganggu karena adanya banjir yang merendam jalanan.
Pilihan Editor: Cegah Penumpukan Penumpang, Manggarai Jadi Stasiun Keberangkatan Kereta Api Lebaran 2024