TEMPO.CO, Jakarta - Melejitnya harga pangan seperti harga beras, telah mengiris ekonomi berbagai pihak masyarakat di Indonesia. Pengamat pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politk Indonesia (AEPI) Khudri bilang kenaikan harga beras ini disebabkan lantaran terbatasnya pasokan gabah. Indonesia akan alami masa paceklik ini diperkirakan terjadi hingga April 2024.
Melihat fenomena ini, Presiden Jokowi Dodo ungkapkan melambungnya harga beras ini adalah dampak dari perubahan iklim dan cuaca yang gagal panen. Hingga terjadi kekurangan suplai yang berakibat kenaikan harga beras di pasar.
Orang nomor satu di Indonesia itu pun merekomendasikan bansos sebagai langkah pemerintah untuk meringankan beban masyarakat akibat harga beras naik. Bansos ini mencakup 10 kilogram beras dan minyak goring serta biskuit.
Puncaknya nanti saat jelang ramadhan. Selain kenaikan harga beras harga pangan lainnya pun terus melejit. Pengamat Pertanian Center of Reform on Economic (CORE) Eliza Mardian bilang kenaikan harga menjelang ramadhan adalah siklus tahunan.
Ia menjelaskan kenaikan harga ini pun termasuk pola tahunan. Cenderung naik saat awal tahun dan kembali melandai sekitar Maret hingga April. Kemudian akan naik kembali rentang Juni sampai Juli. Lalu menurun pada Agustus. Berikutnya November hingga Desember akan naik lagi.
Sementara itu melihat pandangan ini, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartato upayakan ketersediaan sembako aka nada jelang ramadhan atau lebaran.
“Lebaran kan sudah dekat, jadi kami minta supaya sembilan bahan pokok bisa tersedia,” katanya.
Sementara itu Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan bilang akan menyelidiki lebih lanjut sebab kenaikan harga pangan yang disebut tak wajar, dan menemukan solusi yang tepat. Salah satu caranya, pemerintah memtuskan untuk mempercepat distribusi beras stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) dari Bulog.
NI KADEK TRISNA CINTYA DEWI | ANNISA FEBIOLA | ANTARANEWS
Pilihan editor: Harga Pangan Meroket, Menko PMK Klaim Kemiskinan Ekstrem Tak Akan Naik