TEMPO.CO, Jakarta - PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) mengatakan kabar seorang penumpang yang ditodong saat taksi online di sekitar Stasiun Tegalluar adalah hoaks. Corporate Secretary KCIC Eva Chairunisa, menyebut, hokas itu dipastikan setelah kepolisian menggali keterangan dari penumpang tersebut. Si pengumpang mengakui telah berbohong dan membuat laporan palsu kepada orang tuanya.
"Terkait informasi yang beredar bahwa ada penumpang Whoosh telah mengalami tindakan kriminal pada saat menggunakan kendaraan online dari Stasiun Tegalluar, dapat disampaikan bahwa informasi viral tersebut tidak benar," ujar Eva dalam keterangannya kepada Tempo pada Rabu, 21 Februari 2024.
Eva menjelaskan, penumpang atas nama Raka tersebut baru mengakui kejadian yang sebenarnya ketika diperiksa di Polsek Cileunyi, Polres Bandung. Raka, kata Eva, telah membuat laporan palsu kepada orang tuanya. Rupanya laporan palsu tersebut beredar luas dan diyakini sebagai kebenaran.
"Saudara Raka mengakui tidak ada peristiwa penodongan," ucap Eva.
Eva memastikan, berdasarkan informasi dari kepolisian, berita palsu terkait penodongan yang disampaikan Raka kepada orang tuanya murni karena motif pribadi.
"KCIC memastikan bahwa komitmen menjaga keamanan dan kenyamanan penumpang di area stasiun akan selalu dilakukan," kata Eva.
Pengakuan Raka kepada polisi diperkuat oleh bukti CCTV yang terpasang di Stasiun Tegalluar. Pada Sabtu malam,17 Februari 2024, kondisi stasiun masih ramai dan moda lanjutan masih tersedia seperti shuttle bus, Damri, Bluebird, serta kendaraan online. Petugas juga masih lengkap berada di area hall keberangkatan Stasiun Tegalluar. Kendaraan polisi juga sedang patroli di Stasiun Tegalluar.
Saat itu terdapat 22 penumpang yang turun. Bukan 5 orang penumpang seperti pada informasi hoak yang dirpoduksi oleh Raka. Lewat CCTV, Raka terpantau melanjutkan perjalanan dari Stasiun Tegalluar dengan menggunakan taksi Bluebird pada pukul 20.32 WIB. Sebagian besar penumpang lain menggunakan bus Damri dan kendaraan pribadi.
Sebelumnya, kabar penodongan itu beredar di aplikasi WhatsApp. Korban mengaku kesulitan mendapatkan taksi online di Stasiun Tegalluar, sehingga memutuskan berjalan ke area luar stasiun. Berulangkali pesanannya dibatalkan, akhirnya ada supir taksi online yang menghampiri korban dan menyebut namanya.
Korban kemudian masuk ke mobil online tersebut. Setelah beberapa saat perjalanan, korban diturunkan di jalanan yang sepi. Kemudian, driver tersebut menodongkan pisau ke perut korban dan meminta uang Rp 20 juta.
YOHANES MAHARSO JOHARSOYO
Pilihan Editor: AHY Janji Cepat Belajar sebagai Menteri ATR, Sebut Momentum Kembalinya Demokrat ke Pemerintahan