Adapun faktor eksternal pelemahan nilai rupiah sore ini yaitu karena kenaikan harga produsen AS dan adanya potensi penurunan suku bunga Federal Reserve.
Kenaikan harga produsen yang dilaporkan oleh Departemen Tenaga Kerja AS merupakan yang terbesar dalam lima bulan terakhir. Ini menyusul laporan harga konsumen yang melebihi perkiraan pada bulan lalu.
“Pasar AS akan tutup pada hari Senin untuk libur Hari Presiden. Selain itu, data menunjukkan inflasi indeks harga produsen AS tumbuh lebih dari perkiraan pada bulan Januari,” ujar dia.
Ia menambahkan angka tersebut, yang muncul beberapa hari setelah data inflasi indeks harga konsumen yang lebih kuat dari perkiraan, membuat para pedagang semakin memperhitungkan kemungkinan penurunan suku bunga lebih awal oleh Federal Reserve tahun ini.
Menurut FedWatch Tool dari CME Group, dana Fed berjangka memperkirakan hanya ada 10,5 persen peluang penurunan suku bunga di bulan Maret dan 33,7 persen kemungkinan pelonggaran di bulan Mei.
“Pada awal tahun, kemungkinan The Fed akan menurunkan suku bunga pada bulan Maret adalah 79 persen,” kata Ibrahim.
Di sisi lain, pasar Tiongkok memulai kembali perdagangan dengan hati-hati. “Karena para pedagang menunggu untuk melihat apakah peningkatan belanja selama liburan Tahun Baru Imlek selama seminggu akan bertahan dalam beberapa minggu mendatang,” tuturnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan, Bank Sentral (the Fed) diprediksi mempertahankan suku bunga acuan pada rekor terendah.
Pilihan Editor: Analis Sebut Rupiah Masih Melemah meski Pilpres Satu Putaran, Ini Alasannya