TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut kendaraan bertenaga listrik atau mobil listrik adalah masa depan bagi industri otomotif Indonesia.
"Saya melihat baik dan banyak yang dipamerkan mobil-mobil listrik. Saya kira ini memang masa depan otomotif Indonesia itu ada di mobil listrik, karena kita memiliki bahan baku nikel dan lainnya," kata Jokosi usai membuka dan meninjau pameran otomotif Indonesia International Motor Show (IIMS) 2024 di JiExpo, Jakarta Pusat, Kamis, 15 Februari 2024.
Kepala Negara dalam kesempatan itu kemudian menyambangi sejumlah booth perusahaan otomotif nasional dan mancanegara, salah satunya VinFast sebagai produsen startup otomotif swasta yang berkantor pusat di Vietnam.
Presiden Jokowi juga sempat masuk ke kabin pengemudi salah satu produk VinFast untuk merasakan sensasi memegang stir kemudi mobil sedan jenis VF 5 berwarna putih.
Adapun Presiden beserta rombongan terbatas pernah menyambangi pabrik perakitan mobil VinFast pada pertengahan Januari lalu di Hai Phong, Vietnam. Kala itu ia menyebutkan bahwa VinFast tertarik menanamkan modalnya di Indonesia.
Tapi Jokowi tak menjawab persis jenis mobil listrik yang diincarnya dalam pameran tersebut. "Mobil saya sudah banyak di Istana," katanya.
Lebih jauh. Jokowi menyatakan hingga kini pemerintah belum berencana menambah insentif bagi kendaraan listrik, sejak diterbitkannya aturan tersebut pada 3 April 2023. Yang pasti, pemerintah berkomitmen mendorong pengurangan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) bagi produk kendaraan listrik, kata Jokowi menambahkan.
Tujuannya, kata Jokowi, agar semua produk otomotif bertenaga listrik dapat berproduksi di Indonesia.
"Saya kira ini akan mendorong penjualan dan nanti akan mendorong produksi pabrik electric vehicle yang ada di Indonesia," ucap Jokowi. "Saya kira arahnya ke sana dan nanti kita bisa bersaing dengan negara negara lain, kalau semua local content sudah, baterainya sudah, saya kira kita lihat nanti kita akan bisa bersaing dengan negara lain."
ANTARA
Pilihan Editor: Utang Luar Negeri Naik jadi US$ 407,1 Miliar pada Akhir 2023, Begini Penjelasan Lengkap BI