TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi membeberkan sisa cadangan beras pemerintah (CBP) saat ini. Setelah pemerintah jorjoran menggelontorkan bantuan sosial (bansos) beras dan program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP), pasokan CBP di gudang Bulog tersisa 1.180.000 ton.
"Jadi stok cukup. Gelontorkan beras SPHP sampai April juga masih cukup," kata Bayu di kantor Bulog, Jakarta Selatan pada Selasa, 13 Februari 2024.
Bayu menepis kabar bahwa beras bansos membuat beras SPHP menjadi langka di pasaran. Menurut dia, program SPHP dan bantuan pangan tela direncanakan dan dialokasikan bersamaan. Pemerintah juga berencana mengimpor beras sebanyak 2 juta ton tahun ini untuk memenuhi kebutuhan bansos beras dan program SPHP.
Berdasarkan pantauan Tempo, terjadi kelangkaan beras premium di pasar modern ritel wilayah Jakarta. Untuk menangani kelangkaan pasokan, per 12 Februari 2024, Bulog telah menyalurkan beras SPHP sebanyak 4.000 ton. Beras SPHP ini disalurkan ke sejumlah ritel, PT Food Station Tjipinang Jaya, serta Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC).
Bayu menyebutkan kemarin Bulog di Jakarta telah menyalurkan beras SPHP ke Hypermart sebanyak 40 ton. Kemudian ke Ramayana 50 ton, Lotte 10 ton, Alfamart 30 ton, Indomaret 50 ton, dan Indogrosir 40 ton.
Namun, ia tak menampik terjadi kelangkaan beras premium di pasar ritel modern. Menurut dia, kelangkaan disebabkan tingginya harga beras saat ini. Bulog mencatat harga beras premium saat ini berkisar di atas Rp 15.000 per kilogram. Angka tersebut kian jauh dari harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan oleh Badan Pangan Nasional.
"Pemerintah menetapkan HET beras premium Rp 13.900. Anda bisa bayangkan ritel modern enggak berani melanggar HET," ucap Bayu.
Bulog mencatatan, harga rata-rata gabah di sentra produksi saat ini mencapai Rp 8.000 per kilogram. Bayu menjelaskan tingginya harga gabah otomatis membuat harga beras melonjak, sehingga pengusaha tak bisa menjual sesuai ketentuan HET.
Menurut Bayu, kondisi ini merupakan imbas dari cuaca ekstrem El Nino. Indonesia telah mengalami defisit produksi beras selama 8 bulan berturut-turut. Walhasil, pasokan beras di pasaran menipis.
Meski demikian, ia menyatakan pasokan beras masih tersedia di pasar-pasar tradisional. Hanya saja, harga beras lebih tinggi dari ketentuan HET yang ditetapkan pemerintah.
Pilihan Editor: Dirut Bulog: Lonjakan Harga Picu Kelangkaan Beras di Ritel Modern