TEMPO.CO, Jakarta - Calon Presiden nomor urut 3, Ganjar Pranowo mengungkit ketika dia tergabung dalam Tim Kampanye Joko Widodo atau Jokowi dalam Pemilihan Presiden tahun 2019. Ketika itu, kata Ganjar, Jokowi mengingatkan kepada rakyat Indonesia untuk tidak memilih calon pemimpin yang memiliki rekam jejak buruk. Seperti sosok yang diktator, yang punya catatan kelam melanggar hak asasi manusia (HAM), pelaku kekerasan, hingga koruptor.
"Beliau menyampaikan dan kita diingatkan untuk tidak memilih calon yang punya potongan diktator dan otoriter dan yang punya rekam jejak pelanggar HAM, punya rekam jejak melakukan kekerasan, punya rekam jejak masalah korupsi," ucap Ganjar ketika mengakhiri debat calon presiden (Capres) kelima sekaligus debat terakhir di Jakarta Convention Center pada Minggu, 4 Februari 2024.
Dalam debat itu pula, Ganjar menyatakan setuju dengan perkataan Jokowi tersebut. Dia menyebut kalimat Jokowi sebagai pegangan baginya dan Mahfud MD sebagai calon wakil presidennya. "Saya sangat setuju apa yang beliau sampaikan. Kriteria ini menjadi pegangan kita semua dalam memilih pemimpin."
Ganjar dan Mahfud menawarkan berjanji akan patuh kepada hukum dan keadilan, serta setia kepada rakyat. Selama berkeliling bertemu dengan rakyat, kata Ganjar, mereka mendapatkan banyak keluhan berisi kekecewaan yang dirasakan oleh rakyat.
"Bangsa ini sering sekali dikecewakan oleh para pemimpinnya. Kita tidak mau lagi itu terjadi. Kita tidak boleh lagi membiarkan kekecewaan itu terulang dan kemarahan rakyat kemudian muncul, lalu mereka menjadi apatis," tutur dia.
Ia mengajak agar rakyat memilih sosok yang menjaga konsistensi, visioner dan mampu mendengarkan suara rakyat. "Dan kali ini, beri suara Anda kepada calon yang konsisten, yang visioner, yang mampu mendengarkan rakyat negarawan reformis dan tidak punya persoalan. Saya berjanji jika terpilih, kami tidak akan mengecewakan rakyat. Rakyat merupakan sumber energi kami."
Pilihan Editor: Saat Prabowo dan Ganjar Berdebat, Lebih Penting Makan Siang Gratis atau Internet Gratis?