TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan dan Menteri Investasi dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia kompak menjawab kritikan dari Co-Captain Tim Nasional Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Amin), Tom Lembong, terkait nikel.
Melansir dari Tempo, Luhut menunjukkan kegeramannya kepada Tom Lembong secara terbuka di media sosial. Dia membalas kritik Tom Lembong soal harga nikel anjlok gara-gara hilirisasi.
"Anda perlu melihat data panjang sepuluh tahun terakhir. Anda kan pebisnis juga," kata Luhut melalui postingannya di Instagram resmi @luhut.pandjaitan, Rabu, 24 Januari 2024. "Siklus komoditi itu naik turun. Apakah itu batu bara, nikel, timah, emas, apa saja."
Luhut juga mengklaim harga nikel saat ini lebih baik ketimbang sebelum pemerintah menjalankan hilirisasi. Ia menyebut selama 10 tahun terakhir, sejak 2014, rata-rata harga nikel dunia adalah US$ 15 ribu.
Harga nikel saat itu, kata Luhut, lebih rendah ketimbang harga sekarang atau setelah melakukan kebijakan hilirisasi. Bahkan, pada awal periode hilirisasi, rata-rata harga nikel dunia hanya sekitar US$ 12 ribu.
"Jadi, saya nggak ngerti bagaimana Tom Lembong ber-statement seperti ini. Bagaimana anda memberikan advice bohong kepada calon pemimpin yang Anda dukung," ujar Luhut. "Saya sedih melihat Anda."
Oleh karena itu, Luhut mengaku jadi meragukan intelektual Tom Lembong. "Oke, mungkin betul Anda intelektual. Tapi karakter Anda, menurut saya tidak bagus."
Lebih lanjut, Luhut menilai bahwa harga nikel yang terlalu tinggi justru sangat berbahaya. Luhut mengaku belajar dari harga tinggi cobalt yang membuat orang akhirnya mencari alternatif bahan baku lain. "Itu salah satu pemicu baterai LFP itu (lithium ferro-phosphate)" ucapnya.
Ihwal baterai LFP yang dibicarakan baru-baru ini, Luhut mengakui bahwa teknologi berkembang sangat cepat. Indonesia pun, kata dia, bekerja sama dengan Cina untuk mengembangkan baterai LFP. Begitu juga dengan menggandeng negara-negara lain untuk mengembangkan baterai nikel. Namun, Luhut menjelaskan, hanya baterai lithium yang bisa didaur ulang, bukan baterai LFP.
"Teknologi berkembang sangat cepat. Oleh karena itu kita cari keseimbangan supaya barang kita tetap masih dibutuhkan sampai beberapa tahun yang akan datang," ujar Luhut.
Terkait hilirisasi, Luhut berpesan kepada Tom Lembong agar tidak menceritakan hal yang tidak sepenuhnya benar. Meskipun, Tom Lembong yang dulu pernah menjabat Menteri Perdagangan dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) atau Menteri Investasi, sudah tidak lagi di jajaran pemerintah.
"Ceritakan apa yang bagus. Pernah kita inflasi di bawah 3 persen? Kan baru sekarang. Pernah 44 bulan kita surplus ekspor? Kan baru sekarang," kata Luhut. "Apa itu? Ya hilirisasi."
Tak cuma menekan inflasi dan menggenjot ekspor, Luhut berujar, pertumbuhan ekonomi Indonesia terjaga 5 persen di tengah ketidakpastian perekonomian dunia juga berkat hilirisasi. Bahkan, Indonesia masih mengupayakan pertumbuhan ekonomi naik sampai 6 persen. Kemudian, pada 2030, Indonesia menargetkan pendapatan per kapita senilai US$ 10 ribu.
"Jadi, downstreaming (hilirisasi) kita akan membuat Indonesia lebih bagus," ujar Luhut.
Selanjutnya: Bahlil: Itu kebohongan publik