TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti Departemen Ekonomi Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Deni Friawan menyoroti pernyataan calon wakil presiden nomor urut dua Gibran Rakabuming Raka yang akan memperluas cakupan hilirisasi. Menurutnya, tidak semua kekayaan sumber daya alam Indonesia bisa dihilirisasi.
"Tidak semua masalah jawabannya hilirisasi. Hanya karena Indonesia punya SDA yang banyak, bukan berarti selalu Indonesia akan mendapatkan keuntungan dari mengolah sumber-sumber hilir itu," ujar Deni dalam acara CSIS Media Briefing 'Menanggapi Debat Keempat Capres-Cawapres' di Gedung Pakarti Centre, Jakarta Pusat pada Senin, 22 Januari 2024.
Menurutnya, walaupun Indonesia kaya akan SDA, Indonesia tidak selalu menjadi produsen utama dari berbagai komoditas. Karena itu, kebijakan hilirisasi, seperti yang telah berhasil diterapkan pada sektor nikel, tidak selalu dapat diterapkan secara efektif pada komoditas lain.
Ia mencontohkan komoditas tembaga. Indonesia memang produsen utama tembaga, sehingga kebijakan hilirisasi mungkin dapat berhasil menarik investor untuk tetap berinvestasi di Indonesia. Namun, hal itu belum tentu akan berhasil jika diterapkan pada bauksit dan alumunium, mengingat Indonesia bukanlah produsen utama dari bauksit dan alumuniun.
"Kebijakan yang buruk seperti larangan ekspor, itu hanya akan membuat banyak investor luar negeri yang kabur dan tidak mau berinvestasi. Karena tidak akan menguntungkan. Akibatnya, kita mau mendorong hilirisasi, yang terjadi malah deindustrialiasi, karena banyak perusahaan yang kabur," ucapnya.
Selain itu, kata Deni, berbagai studi empiris memperlihatkan kepemilikan SDA atau kedekatan SDA dengan industrinya, bukanlah merupakan faktor utama dari keberhasilan hilirisasi industri SDA. "Tapi banyak faktor lain yang lebih penting seperti kesediaan energi, kesediaan infrastruktur, ketersediaan SDM, ketersediaan pasar yang luas, dan yang paling penting dan yang sering dilupakan adalah kepastian hukum," ucap Deni.
Dalam debat calon wakil presiden pada Minggu, 21 Januari 2024, Gibran menuturkan Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat kaya, diantaranya cadangan nikel terbesar di dunia timah terbesar nomor dua. Oleh sebab itu, menurutnya hilirisasi harus dilanjutkan dan diperluas cakupannya.
Hilirisasi yang dimaksud Gibran tak hanya di sektor tambang, tapi juga diperluas ke sektor pertanian, maritim, hingga digital. Dia melanjutkan, potensi energi baru terbarukan Indonesia yang bisa dikembangkan meliputi energi surya, angin, air, bioenergi, dan juga panas bumi.
YOHANES MAHARSO | AMELIA RAHIMA
Pilihan Editor: Gibran Mau Cabut Tambang Ilegal, Pengamat: Benahi Dulu Rahim Kekuasaan