TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) atau KAI Commuter Asdo Artriviyanto mengatakan saat ini transaksi pengguna kereta rel listrik atau KRL sepanjang 2023 didominasi menggunakan kartu multi trip atau KMT. Khususnya di Jabodetabek dan Wilayah 6 Yogyakarta yang menggunakan sistem electronic gate dengan sistem tap and go.
“Sebanyak 170 juta lebih transaksi atau 57,06 persen dari KMT. Menunjukkan bahwa tingkat transaksi cashless semakin tinggi,” ujar Asdo di Kantor Pusat KAI Commuter, Stasiun Juanda, Jakarta Pusat, pada Kamis, 11 Januari 2024.
Kemudian, disusul dengan kartu uang elektronik seperti E-Money-Mandiri, Flazz-BCA, Tap CashBNI dan Brizzi-BRI, serta JakCard-Bank DKI sejumlah 37,05 persen atau sebanyak 110 juta lebih transaksi. Lalu, transaksi pengguna aplikasi QR Go Transit hanya 5,89 persen atau 17 juta lebih transaksi.
Menurut dia, hal itu menunjukkan bahwa masyarakat sudah mulai nyaman dengan transaksi cashless seperti KMT, kartu uang elektronik, maupun aplikasi QR Go Transit. Karena, selain bisa dimanfaatkan untuk naik KRL, KMT dan kartu uang elektronik bisa digunakan untuk transaksi interasi antar moda transportasi.
“Baik LRT, MRT, TransJakarta, TransJatim, TransJateng, TransTogja. Kami juga kerja sama dan rest parking, parkir yang ada di stasiun yang dikelola oleh RMO ini bisa menggunakan KMT sistem pembayarannya,” tutur dia.
Sebagai informasi, KAI Commuter juga melaporkan jumlah penumpang KRL hingga kereta api lokal di Pulau Jawa sepanjang 2023 mencapai 331.004.965 penumpang. “Di tahun 2023 ini kami hampir menyamai tahun 2019,” ujar dia.
Ia melaporkan jumlah penumpang pada 2019 cukup tinggi mencapai 336.274.343, kemudian di 2020 dan 2021 menurun drastis akibat pandemi Covid-19. Masing-masing angkanya 155.378.672 dan 131.148.578. Kemudian di 2022 aktivitas mulai ada pelonggaran sehingga peningkatan terjadi untuk angkutan KRL yaitu 242.666.167.
Pilihan Editor: Rencana Kenaikan Tarif KRL, Bos KAI Commuter: Tunggu Tanggal Mainnya