TEMPO.CO, Jakarta - Pelaksana Tugas Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti menyebutkan laju inflasi sepanjang 2023 mencapai 2,61 persen adalah angka terendah dalam 20 tahun terakhir. Hal ini dipicu oleh penurunan komponen inflasi inti pada 2023.
“Administered price menurun sejak terakhir naik cukup drastis pada November 2022," ujar Amalia dalam konferensi pers pada Selasa, 2 Januari 2024.
Komponen inti inflasi yang cenderung turun menjadi faktor utama dalam pencapaian tingkat inflasi terendah. Pada Desember 2023, komponen inti tahunan mencatatkan inflasi sebesar 1,8 persen, yang memberikan andil sebesar 1,1 persen. Hal ini menunjukkan penurunan dari bulan sebelumnya, dengan inflasi inti November sebesar 1,87 persen, Oktober 1,91 persen, dan September 2 persen.
Namun, gejolak harga pangan juga turut mempengaruhi inflasi. Meskipun harga pangan mengalami fluktuasi akibat fenomena El Nino, Amalia menyatakan bahwa andil inflasi dari sektor ini cenderung turun dalam rentang Januari hingga Desember 2023.
"Dari Januari sampai Desember terlihat tren turun, peran seluruh pemangku kepentingan tentunya berbagai stakeholder sangat signifikan dalam upaya pengendalian inflasi,” kata Amalia.
Dilihat dari kelompok pengeluaran, inflasi pada sektor perumahan, air, listrik, bahan bakar rumah tangga, dan transportasi terbilang lebih rendah pada tahun 2023. Amalia menyebutkan bahwa ada efek dasar yang berperan dalam penurunan inflasi 2023 dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Amalia menekankan peran penting semua pemangku kepentingan dalam menjaga inflasi rendah di Indonesia. Menurutnya, upaya terkoordinasi dan terstruktur dari pemerintah, Bank Indonesia, serta para pemangku kepentingan lainnya berperan besar dalam menjaga laju inflasi.
Pilihan Editor: BPS: Inflasi 2,61 Persen di 2023, Makanan dan Minuman Jadi Penyumbang Terbesar