Lebih lanjut, Lukman mengatakan risiko politik dari Pemilihan Presiden 2024 juga perlu dipertimbangkan, mengingat tahun politik sering kali memengaruhi kondisi rupiah. Terakhir, adalah sejumlah situasi geopolitik yang terjadi, seperti perkembangan hubungan Cina dan Amerika Serikat, perang Israel dan Hamas, serta Rusia dan Ukraina.
Secara keseluruhan, kata Lukman, dia melihat pemangkasan suku bunga oleh bank-bank sentral utama dunia, terutama The Fed akan menjadi faktor yang paling dominan. “Hal ini diharapkan akan meredakan tekanan pada tingkat suku bunga negara emerging seperti Indonesia,” ucapnya.
Siklus pemangkasan suku bunga juga diharapkan dapat memicu sentimen risk on dan mendukung mata uang beresiko.
Sebagai informasi, pada penutupan pasar tahun baru, Jumat, 29 Desember 2023, nilai tukar rupiah ditutup menguat 18 poin ke level Rp 15.399 per dolar AS.
Pilihan Editor: Strategi Menhub Budi Karya Urai Kemacetan di Bali: Bus Antar-Jemput, Perbaikan Area Bandara hingga LRT