TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom sekaligus Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai aspek keselamatan kerja sering diabaikan perusahaan smelter yang beroperasi di Indonesia. Karena itu, kecelakaan kerja terjadi berulang kali di industri tersebut.
Teranyar, insiden ledakan tungku smelter milik PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS) di kawasan PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) Sulawesi Tengah, pada Minggu, 24 Desember 2023.
"Pabrik smelter ini sudah lama disorot terkait perlindungan tenaga kerja. Sedangkan pemerintah hanya sibuk terbitkan izin smelter baru tanpa ada proses monitoring dan safeguard ketenagakerjaan yang jelas," kata Bhima kepada Tempo, Selasa, 26 Desember 2023.
Sebelum insiden di PT ITTS, kecelakaan kerja pernah terjadi di pabrik-pabrik smelter lain. Misalnya, kebakaran di PT Gunbuster Nickel Indonesia (GNI) pada Desember 2022 yang menyebabkan dua pekerja meninggal. Kemudian, kebakaran di PT Kalimantan Ferro Industry (KFI) pada 11 Oktober 2023 yang merenggut nyawa dua pekerja asal China.
Oleh karena itu, menurut Bhima, pemerintah perlu memoratorium izin smelter. Ia berujar, moratorium menjadi momentum melakukan audit total semua aspek keselamatan dari smelter yang ada.
"Bahkan, jika ada smelter yang dirasa mengabaikan aspek keselamatan secara sengaja, izinnya perlu dicabut," tutur dia.