Lebih lanjut, Utang Luar Negeri pemerintah pada Oktober tercatat sebesar US$ 185,1 miliar, turun dibandingkan dengan posisi bulan sebelumnya sebesar US$ 188,3 miliar. Secara tahunan, Utang Luar Negeri pemerintah tumbuh sebesar 3,0 persen (yoy) dan melambat dibandingkan dengan bulan lalu sebesar 3,3 persen (yoy).
“Penurunan posisi Utang Luar Negeri pemerintah terutama dipengaruhi oleh perpindahan penempatan dana investor nonresiden pada pasar Surat Berharga Negara (SBN) domestik ke instrumen lain seiring dengan volatilitas di pasar keuangan global yang meningkat,” kata dia.
Erwin menjelaskan, pemanfaatan Utang Luar Negeri pada Oktober 2023 masih diutamakan untuk mendukung belanja prioritas pemerintah dan perlindungan masyarakat. “Posisi Utang Luar Negeri pemerintah relatif aman dan terkendali mengingat hampir seluruh Utang Luar Negeri memiliki tenor jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,9 persen dari total Utang Luar Negeri pemerintah,” ucapnya.
Sementara Utang Luar Negeri swasta tetap terkendali dan masih melanjutkan kontraksi pertumbuhan. Posisi Utang Luar Negeri swasta pada Oktober 2023 tercatat sebesar US$ 196,9 miliar, sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan posisi bulan sebelumnya sebesar US$ 196,7 miliar.
Secara tahunan, Utang Luar Negeri swasta kembali mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 2,5 persen (yoy), melanjutkan kontraksi pada bulan lalu sebesar 3,5 persen (yoy).
Kontraksi pertumbuhan Utang Luar Negeri tersebut bersumber dari lembaga keuangan (financial corporations) dan perusahaan bukan lembaga keuangan (nonfinancial corporations) yang masing-masing mengalami kontraksi sebesar 2,4 persen (yoy) dan 2,5 persen (yoy).
“Utang Luar Negeri swasta juga tetap didominasi oleh Utang Luar Negeri jangka panjang dengan pangsa mencapai 74,6 persen terhadap total Utang Luar Negeri swasta,” tutur Erwin.
Pilihan Editor: Tiga Bulan Terakhir, OJK Minta Bank Blokir Lebih dari 4.000 Rekening Judi Online