Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Mengenal Resesi Ekonomi, Penyebab, dan Dampaknya

Reporter

Editor

Laili Ira

image-gnews
Ilustrasi Resesi. shutterstock.com
Ilustrasi Resesi. shutterstock.com
Iklan

TEMPO.CO, JakartaDalam dinamika ekonomi global, resesi telah menjadi sorotan yang tak terhindarkan. Fenomena ini tidak hanya menjadi isu ekonomi semata, tetapi juga menciptakan dampak yang mendalam pada kehidupan sosial, pekerjaan, dan keuangan individu serta komunitas. 

Dalam artikel ini, akan dibahas lebih dalam tentang apa sebenarnya yang dimaksud dengan resesi, penyebab, serta dampaknya untuk kehidupan.

Pengertian Resesi

Resesi adalah kondisi ekonomi di mana terjadi penurunan signifikan dan berkelanjutan dalam aktivitas ekonomi suatu negara atau wilayah untuk jangka waktu yang berkepanjangan. Biasanya, resesi ditandai dengan penurunan produk domestik bruto (PDB), tingkat pengangguran yang tinggi, turunnya tingkat produksi dan investasi, serta penurunan konsumsi secara luas.

Secara teknis, resesi sering didefinisikan sebagai dua kuartal berturut-turut dengan PDB yang menurun. Namun, dampaknya dapat jauh lebih luas, melibatkan perubahan besar dalam kondisi pasar tenaga kerja, keuangan, dan kepercayaan konsumen serta investor.

Resesi dapat dipicu oleh berbagai faktor seperti perlambatan ekonomi global, krisis keuangan, fluktuasi harga komoditas, ketidakstabilan politik, atau perubahan dalam kebijakan ekonomi suatu negara.

Penyebab Terjadinya Resesi Ekonomi

Resesi ekonomi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti inflasi yang tinggi, gelembung aset, perkembangan teknologi, deflasi, dan guncangan ekonomi.

1. Inflasi yang Tinggi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring, inflasi adalah kemerosotan nilai uang  karena banyaknya dan cepatnya uang beredar sehingga menyebabkan naiknya harga barang-barang. 

Inflasi dapat memperlambat perekonomian, baik lingkup nasional maupun global, yang menyebabkan harga barang atau jasa melambung tinggi. 

Kenaikan harga tersebut dapat mengakibatkan menurunnya daya beli konsumen sehingga perusahaan mengalami kerugian yang cukup besar. Selain itu, perusahaan juga mungkin akan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal dan membuat tingginya angka pengangguran. 

2. Gelembung Aset

Penyebab resesi ekonomi yang selanjutnya adalah gelembung aset. Gelembung aset terjadi ketika harga investasi, seperti emas, saham, atau perumahan, meningkat secara drastis dalam waktu singkat dan melebihi nilai berkelanjutannya. 

Gelembung aset tersebut bisa memicu terjadinya resesi ekonomi. Ciri-ciri terjadinya gelembung aset adalah ketika semua orang berbondong-bondong membeli aset tertentu tanpa memiliki alasan yang kuat. 

3. Perkembangan Teknologi 

Tidak dapat dipungkiri jika perkembangan teknologi yang semakin maju sangat membantu segala aktivitas masyarakat sekarang ini. Namun, sisi negatif dari perkembangan teknologi tersebut adalah bisa menumbuhkan angka pengangguran. 

Revolusi industri, seperti adanya teknologi Artificial Intelligence (AI) atau robot akan menyebabkan kekhawatiran para pekerja kehilangan pekerjaannya. Hal ini karena pekerjaan mereka dapat digantikan oleh AI ataupun robot.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Jika banyak pekerja yang kehilangan pekerjaannya maka angka pengangguran semakin meningkat dan bisa memungkinkan terjadinya resesi ekonomi pada suatu negara. 

4. Deflasi

Secara sederhana menurut laman investopedia.com, deflasi merupakan penurunan tingkat harga barang dan jasa. Hal ini mendorong masyarakat menunggu untuk membeli hingga harga barang ataupun jasa turun. 

Deflasi dapat terjadi karena peningkatan pasokan barang atau jasa yang tidak seimbang dengan permintaan barang dan jasa dan berkurangnya jumlah uang beredar di pasaran.

5. Guncangan Ekonomi yang Mendadak

Faktor penyebab resesi ekonomi yang terakhir adalah terjadinya guncangan ekonomi yang mendadak. Guncangan ekonomi adalah peristiwa yang tidak dapat diprediksi dan berdampak terhadap perekonomian. 

Salah satu contoh guncangan ekonomi yang pernah terjadi adalah ketika terjadinya pandemi COVID-19 di hampir seluruh negara. Hal ini menyebabkan semua orang untuk berdiam di rumah untuk jangka waktu yang panjang.

Terjadinya COVID-19 sangat berpengaruh bagi sektor ekonomi terutama terhadap penawaran atau permintaan suatu barang dan jasa. 

Dampak Resesi Ekonomi 

Mengutip dari jurnal yang berjudul “Analisis Dampak Resesi Ekonomi bagi Masyarakat” yang ditulis oleh Cut Nova Rianda, terdapat beberapa dampak dari resesi ekonomi, seperti:

  • Muncul kesenjangan antara orang kaya dan miskin
  • Banyak perusahaan yang melakukan PHK
  • Jumlah angka pengangguran yang semakin meningkat
  • Pengeluaran pemerintah semakin besar
  • Kinerja instrumen investasi mengalami penurunan
  • Melemahnya daya beli masyarakat

Selama resesi, dampaknya bisa sangat merugikan, termasuk penurunan pendapatan, kesulitan dalam mencari pekerjaan, penurunan nilai aset, dan terkadang pengurangan layanan publik. 

Kebijakan fiskal dan moneter biasanya digunakan oleh pemerintah untuk mencoba meredakan dampak resesi, seperti stimulan ekonomi, pengurangan suku bunga, atau langkah-langkah lain untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan memulihkan stabilitas keuangan.

DIAN RAHMAWAN

Pilihan Editor: 5 Negara Ini Diprediksi Alami Resesi Ekonomi di 2023, Begini Situasi Suram Mereka

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

2 hari lalu

Menteri Keuangan Sri Mulyani saat memberikan keterangan kepada media hasil Kinerja dan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023 di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa 2 Januari 2024. Sri Mulyani menyebutkan realisasi APBN 2023 defisit sebesar Rp347,6 triliun atau 1,65 persen dari produk domestik bruto (PDB), sementara penerimaan negara ditutup pada angka Rp2.774,3 triliun atau 105,2 persen dari target, yang terdiri dari perpajakan Rp2.155,4 triliun dan PNBP Rp605,9 triliun dan hibah Rp13 triliun. Tempo/Tony Hartawan
Sri Mulyani Beberkan Efek Konflik Timur Tengah ke Indonesia, Mulai dari Lonjakan Harga Minyak hingga Inflasi

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tensi geopolitik di Timur Tengah cenderung meningkat dan menjadi fokus perhatian para pemimpin dunia. Ia menegaskan kondisi ini mempengaruhi beberapa dampak ekonomi secara signifikan.


Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

3 hari lalu

Karyawan tengah menghitung uang pecahan 100 ribu rupiah di penukaran valuta asing di Jakarta, Rabu, 28 Februari 2024. Rupiah ditutup melemah mendekati level Rp16.000 hari ini. TEMPO/Tony Hartawan
Sehari Usai BI Rate Naik, Dolar AS Menguat dan Rupiah Lesu ke Level Rp 16.187

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 32 poin ke level Rp 16.187 per dolar AS dalam perdagangan hari ini.


Penjelasan Kemenkeu soal Prediksi Kenaikan Rasio Utang jadi 40 Persen pada 2025

4 hari lalu

Gedung Kementerian Keuangan atau Kemenkeu. Dok TEMPO
Penjelasan Kemenkeu soal Prediksi Kenaikan Rasio Utang jadi 40 Persen pada 2025

Kemenkeu merespons soal kenaikan rasio utang pemerintah terhadap produk domestik bruto (PDB) pada 2025.


BI Naikkan Suku Bunga Acuan Jadi 6,25 Persen, Perry Warjiyo: Untuk Perkuat Stabilitas Rupiah

4 hari lalu

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo saat menyampaikan Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulanan Bulan Februari 2024 di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Rabu 21 Februari 2024. Perry Warjiyo mengatakan keputusan mempertahankan BI-Rate pada level 6,00 persen tetap konsisten dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability. TEMPO/Tony Hartawan
BI Naikkan Suku Bunga Acuan Jadi 6,25 Persen, Perry Warjiyo: Untuk Perkuat Stabilitas Rupiah

BI akhirnya menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate menjadi 6,25 persen. Apa alasan bank sentral?


Nilai Rupiah Ditutup Menguat pada Perdagangan Akhir Pekan

5 hari lalu

Ilustrasi kurs rupiah dan mata uang Indonesia. Getty Images
Nilai Rupiah Ditutup Menguat pada Perdagangan Akhir Pekan

PT Laba Forexinfo Berjangka Ibrahim Assuaibi mencatat, mata uang rupiah ditutup menguat dalam perdagangan akhir pekan.


Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

6 hari lalu

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara dalam konferensi pers ihwal antisipasi dampak konflik Iran-Israel di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta Pusat pada Kamis, 17 April 2024. TEMPO/Riani Sanusi Putri
Rektor Paramadina Ingatkan Pemerintah Tak Remehkan Dampak Konflik Iran-Israel

Didik mengingatkan agar pemerintah tidak menganggap enteng konflik Iran-Israel. Kebijakan fiskal dan moneter tak boleh menambah tekanan inflasi.


Menkeu Sri Mulyani Siapkan Strategi Jaga Rupiah di Tengah Konflik Iran-Israel

7 hari lalu

Menteri Keuangan Sri Mulyani (kanan) berbincang dengan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo saat mengkiuti rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR RI di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin, 22 Juli 2019. Rapat kerja tersebut beragendakan pembahasan laporan realisasi semester I dan prognosis semester II pelaksanaan APBN TA 2019 serta Laporan dan pengesahan hasil pembahasan panja perumus kesimpulan. TEMPO/M Taufan Rengganis
Menkeu Sri Mulyani Siapkan Strategi Jaga Rupiah di Tengah Konflik Iran-Israel

Menteri Keuangan atau Menkeu Sri Mulyani Indrawati menyiapkan strategi untuk menjaga nilai tukar rupiah di tengah konflik Iran-Israel.


Indeks Pembangunan Manusia Jakarta 2023 Meningkat, Angka Harapan Hidup 75,81 Tahun

10 hari lalu

Pj Gubernur Jakarta Heru Budi Hartono di depan Istana Merdeka, kawasan Jakarta Pusat, Senin, 8 April 2024. TEMPO/Daniel A. Fajri
Indeks Pembangunan Manusia Jakarta 2023 Meningkat, Angka Harapan Hidup 75,81 Tahun

Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono menyebut Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jakarta menjadi yang tertinggi di Indonesia.


Penjualan Eceran Maret Meningkat, Indeks Penjualan Riil Tumbuh 3,5 Persen

10 hari lalu

Penjualan minyak dalam kemasan di salah satu Pusat Perbelanjaan di Jakarta, Kamis, 17 Maret 2022. Pemerintah mencabut aturan Harga Eceran Tertinggi (HET) minyak goreng kemasan. Selanjutnya, harga minyak goreng kemasan akan diserahkan ke mekanisme pasar dengan menyesuaikan nilai keekonomiannya. Tempo/Tony Hartawan
Penjualan Eceran Maret Meningkat, Indeks Penjualan Riil Tumbuh 3,5 Persen

BI memprediksi kinerja penjualan eceran bulan Maret 2024 tetap tumbuh. Indeks Penjualan Riil Maret 2024 tercatat sebesar 222,8 atau tumbuh 3,5 persen secara tahunan.


Rupiah Tergelincir, Analis: Perputaran Besar saat Ramadan dan Idul Fitri Tak Mampu Membendung Dolar AS

11 hari lalu

Karyawan menunjukkan uang pecahan 100 dolar Amerika di penukaran mata uang asing di Jakarta, Selasa 16 April 2024, Nilai tukar rupiah tercatat melemah hingga menembus level Rp16.200 per dolar Amerika Serikat (AS) setelah libur Lebaran 2024. Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas Bank Indonesia (BI) Edi Susianto menyampaikan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah terjadi seiring dengan adanya sejumlah perkembangan global saat libur Lebaran. TEMPO/Tony Hartawan
Rupiah Tergelincir, Analis: Perputaran Besar saat Ramadan dan Idul Fitri Tak Mampu Membendung Dolar AS

Rupiah tergelincir 76 poin atau 0,47 persen menjadi Rp16.252 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.176 per dolar AS.