TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar mengatakan stabilitas sektor jasa keuangan nasional terjaga didukung oleh permodalan yang kuat dan likuiditas yang memadai. Hal tersebut, kata dia, berdasarkan hasil rapat Dewan Komisioner OJK yang digelar pada 29 November 2023 lalu.
“Sehingga dinilai mampu menghadapi berlanjutnya penurunan pertumbuhan ekonomi dunia dan tingkat ketidakpastian global yang tinggi,” ujar Mahendra dalam konferensi pers virtual pada Senin, 4 Desember 2023.
Dia juga memaparkan indikator ekonomi terkini. Di mana, di tingkat global menunjukkan ketidakpastian pergerakan ekonomi di tengah membaiknya tingkat inflasi menuju level prapandemi. Khususnya, kata Mahendra, di negara-negara maju.
Sentimen di pasar keuangan juga cenderung positif. Didukung peningkatan ekspektasi berakhirnya siklus kenaikan suku bunga global setelah rilis data ketenagakerjaan Amerika Serikat serta berlanjutnya penurunan tingkat inflasi.
“Optimisme juga turut dipengaruhi peluncuran insentif fiskal, moneter, dan sektor keuangan di Cina untuk menahan penurunan kinerja perekonomian di sana,” tutur Mahendra. “Termasuk dalam mengatasi permasalahan di sektor properti.”
Sementara itu, dia berujar, tensi geopolitik global melanjutkan peningkatan seiring berlanjutnya konflik di Timur Tengah. Serta beberapa perkembangan pemilihan umum dan politik di negara-negara maju yang menunjukkan kemenangan dari partai-partai politik beraliran kanan.
Namun dampaknya terhadap harga minyak dan energi, terlihat masih terbatas, mengingat masih berlanjutnya tren pelemahan. Selain itu, Mahendra menuturkan, tekanan kenaikan harga komoditas pangan diharapkan mereda seiring pelemahan El Nino yang terjadi saat ini.
“Perkembangan tersebut mendorong penguatan pasar keuangan global dan juga penurunan volatilitas baik di pasar saham, surat utang, maupun nilai tukar,” ucap dia.
Selain itu, investor nonresiden juga mulai masuk ke pasar keuangan dari negara-negara emerging termasuk ke Indonesia. Setelah 3 bulan sebelumnya melakukan penjualan yang cukup signifikan. Di domestik pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) kuartal ketiga 2023 tercatat 4,94 persen Year on Year (YoY) lebih kecil dibandingkan kuartal sebelumnya 5,17 persen.
“Hal itu didukung oleh tingginya pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan investasi bangunan,” kata Mahendra. “Tingkat inflasi rendah di level 2,56 persen YoY. Serta ekspor yang masih terkontraksi atau minus 4,26 persen secara YoY.”
Secara umum indikator utama perekonomian nasional masih cukup positif di antaranya ditunjukkan oleh neraca perdagangan yang masih surplus. Juga konsumsi semen domestik yang meningkat dan Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur—indeks yang menggambarkan tren yang berlangsung di sektor manufaktur saat ini—yang ekspansif.
OJK mendorong lembaga Jasa Keuangan untuk terus memonitor potensi risiko termasuk melakukan stres tes ketahanan terhadap gejolak pasar. Hal itu dilakukan untuk menjaga stabilitas sektor jasa keuangan dan mendorong pertumbuhan ekonomi. “Di tengah tingginya tensi politik global, ekspektasi tingkat suku bunga higher for longer, dan volatilitas harga komoditas pangan yang dapat mempengaruhi perekonomian dan sektor keuangan,” ujar Mahendra.
Selain itu, OJK juga melakukan strategi mitigasi risiko dalam rangka menjaga ketahanan permodalan dan likuiditas. “Sehingga sektor jasa keuangan dapat terjaga stabil dan dapat berkontribusi optimal bagi perekonomian nasional,” ucap Mahendra.
Pilihan Editor: Mengenang Doni Monardo, Pernah Mencetuskan Program Citarum Harum Atasi Pencemaran Sungai