"Pada saat ini harga nikel menyentuh 17 sampai 16 ribu dolar AS per ton, biaya produksi kami juga semakin menurun. Bahkan, di tiga bulan terakhir sudah di bawah 10 ribu dolar AS per ton," katanya.
Vale Indonesia menjadi salah satu produsen nikel dengan pengeluaran biaya produksi yang paling rendah karena memiliki tiga pembangkit listrik tenaga air (PLTA) sendiri.
"Jadi, kami punya strategi khusus untuk mengefisiensikan biaya produksi sehingga biaya nikel rendah bisa disiasati dengan margin tetap terjaga," katanya.
Adapun hingga kuartal III 2023, Vale Indonesia telah memproduksi 51,64 ribu ton nikel atau tumbuh dari periode yang sama sebelumnya sebesar 43,9 ribu ton.
Pada saat yang sama, Vale Indonesia memperoleh pendapatan senilai 937,9 juta dolar AS, dengan laba mencapai 221,1 juta dolar AS.
Selain itu, Vale Indonesia telah menginvestasikan belanja modal sebesar 182,7 juta dolar AS dalam sembilan bulan pertama 2023 atau meningkat dari 127,7 juta dolar AS dari periode yang sama tahun 2022.
"Peningkatan ini terutama dialokasikan untuk belanja modal keberlanjutan dan pertumbuhan. Meskipun terdapat pengeluaran yang lebih tinggi," katanya.
Pilihan editor: Soal Divestasi Saham Vale, Erick Thohir: Valuasinya Ketinggian