TEMPO.CO, Jakarta - Perum Bulog bakal mengalihkan cadangan beras pemerintah (CBP) menjadi beras komersil dan menyalurkannya ke perusahaan penggilingan padi. Jumlah stok yang bakal disalurkan mencapai 200.000 ton hingga akhir Desember 2023.
Direktur Bisnis Perum Bulog Febby Novita mengatakan kebijakan ini diambil untuk meredam kenaikan harga beras premium. "Karena, beras premium sekarang sudah tinggi harganya di atas HET (harga eceran tertinggi), maka pemerintah memberikan penugasan stok CBP ini kita alihkan ke komersil," kata dia saat ditemui Tempo di Jakarta Selatan pada Jumat, 17 November 2023.
Baca Juga:
Dia menggarisbawahi, beras tersebut boleh dijual dengan harga komersial yaitu harga pasar. Kemudian perusahaan tidak boleh menjual pasokan tersebut di atas HET yaitu Rp 13.900 per kilogram.
Saat ini, tutur Febby, Bulog tengah meninjau penggilingan-penggilingan yang memiliki down line dan komitmen untuk menjalankan program ini. Bulog pun akan menggunakan pakta integritas agar tujuan meredam harga beras premium di pasaran dapat tercapai. Program ini juga bakal diawasi oleh Satgas Pangan Polri.
Pemerintah berencana melaksanakan program tersebut mulai bulan ini hingga 31 Desember 2023. Namun, Febby berujar program ini akan dilanjutkan apabila masih dibutuhkan. Misalnya, kata dia, akan dilakukan kembali pada Januari hingga Februari 2024 atau pada masa sebelum panen. "Nanti kami coba ngobrol lagi di rapat terbatas pemerintah," kata dia.
Dia berujar kebijakan ini juga dilakukan untuk mengantisipasi banyaknya perusahaan penggilingan yang tutup. Menurutnya, belakangan ini banyak perusahaan penggilingan padi di Tanah Air yang tutup. Musababnya karena perusahaan tak bisa mendapatkan bahan baku.
"Pertanyaannya sekarang kenapa enggak bisa dapat bahan baku, apakah produksi kurang, tapi itu bukan ranah saya menjawab ya," kata dia. Menurutnya, untuk menjelaskan penyebab kondisi ini terjadi perlu ditanyakan kepada Kementerian Pertanian yang mengurus soal produksi beras.
Bulog sendiri, ucapnya, memiliki 10 pabrik beras yang juga kesulitan mendapatkan bahan baku. Penyebabnya, menurut Febby, karena terjadi perebutan bahan baku. "Bayangkan Bulog punya di Jawa Barat saja belinya sampai ke Lampung," kata Febby,
RIANI SANUSI PUTRI