Kenapa Harus Jagung?
"Pertama, tingkat kebutuhan jagung 14 juta ton per tahun, sedangkan pasokan dalam negeri belum dapat mencukupi sehingga impor selalu menjadi jalan keluar," beber Harvick.
Kedua, penanaman jagung di lahan sawit bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak, tapi juga sebagai upaya pemenuhan kebutuhan pangan. "Ketiga, Indonesia berpotensi menghemat devisa dari impor jagung yang bisa disubtitusikan kepada insentif di sektor hulu," tutur dia.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia mengimpor jagung sebanyak 1,09 juta ton pada 2022. Volume itu naik 9,89 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang sebanyak 995.998 ton.
Bahkan, Harvick menuturkan, di tahun ini pemerintah berencana mengimpor jagung sebanyak 500 ribu ton. Ini untuk mengisi cadangan pemerintah dan memenuhi kebutuhan peternak rakyat.
"Kalau saja optimalisasi lahan perkebunan, khususnya kelapa sawit dapat memenuhi produksi jagung 500 ribu ton, tentu impor bisa kita kurangi atau bahkan bisa kita stop," ucap Harvick.
Pilihan Editor: Biaya Haji 2024 Diusulkan Naik jadi Rp 105 Juta, Begini Perinciannya