Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Yunita Rustanti mengatakan kenaikan volume pengiriman barang melalui laut ini disebabkan karena penambahan kapal-kapal dari PT Pelni. Selain itu, peningkatan ini juga dipengaruhi oleh pertumbuhan pengiriman peti kemas melalui angkutan laut yang dianggap lebih cepat dan aman.
"Angkutan peti kemas yang disediakan lebih cepat dan aman," ujar Yunita di Jakarta, Ahad 3 Maret 2019.
Di sisi lain, beberapa pelabuhan tercatat mengalami peningkatan pengiriman barang. Peningkatan tertinggi tercatat di Pelabuhan Panjang di Lampung, yang naik sebesar 25,2 persen, dari 9,5 juta ton pada tahun 2015 menjadi 11,9 juta ton pada tahun 2018. Berkat program Tol Laut, volume pengiriman barang di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, mengalami peningkatan sebesar 2,8 persen, dari 13,8 juta ton menjadi 14,2 juta ton.
Klaim Tol Laut Jokowi Berhasil Menurunkan Disparitas Harga
Pada tahun 2021, Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut Kementerian Perhubungan Antoni Arif Priadi mengklaim Tol Laut berhasil menurunkan disparitas harga di beberapa jenis komoditas. "Peningkatan operasionalisasi tol laut ini berhasil mengurangi fluktuasi harga dan menurunkan disparitas harga berbagai komoditas, khususnya di Kawasan Timur Indonesia," tutur Antoni pada Rapat Koordinasi Optimalisasi Program Tol Laut di Gedung Bina Graha Jakarta, Jumat, 16 April 2021.
Di sisi lain, Sekretaris Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, I Gusti Ketut Astawa mengatakan bahwa pada kuartal pertama tahun 2021, terjadi penurunan harga hingga 40,5 persen untuk komoditas tertentu.
Sebagai contoh, harga besi baja konstruksi dengan diameter 16 milimeter di Kabupaten Halmahera Selatan yang diangkut melalui Program Tol Laut adalah sebesar Rp 119.000 per kilogram. Harga tersebut jauh lebih rendah dibandingkan apabila tidak melalui Tol Laut yang mencapai Rp 200 ribu per kilogram.