“Ukuran pancuan kuda itu lebih besar dari sirkuit. Jadi harapan saya tahun depan oh ternyata di Mandalika itu bukan hanya sirkuit,” ucap Ari.
Sebelumnya, ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Andry Satrio Nugroho mengatakan ekonomi di Mandalika hidup hanya saat satu acara yakni MotoGP. Tahun ini gelaran balap motor internasional itu digelar pada 13 – 15 Oktober 2023 lalu.
“Jadi saya rasa sekarang pembahasannya bukan lagi seberapa besar dampak dari ekonomi yang dihasilkan dari MotoGP tapi keberlangsungan dari perekonomian setelah event MotoGP ini selesai,” ujar dia melalui pesan suara pada Jumat, 6 Oktober 2023.
Menurut Andry, hal itu terjadi karena beberapa persoalan. Dia melihat pengembangan ekosistem di KEK Mandalika masih belum cukup masif, khususnya pariwisara. Termasuk infrastruktur ringan dan berat juga belum masif pengembangannya. Ditambah lagi dari sisi sumber daya manusia juga masih belum cukup melek wisata.
Jadi, Andry berujar, masih ada beberapa pekerjaan rumah yang perlu diselesaikan pemerintah. “Kita fokusnya memang sebetulnya bukan di MotoGP-nya tapi setelah MotoGP itu sendiri KEK Mandalika itu akan seperti apa?” kata Andry.
Dia juga mengatakan pengelola Sirkuit Mandalika ITDC—bagian dari InJourney, holding BUMN industri aviasi dan pariwisata— merasakan adanya masalah tersebut. Karena MotoGP masih belum memberikan dorongan terhadap pengembangan pariwisata itu sendiri.
Bahkan perusahaan pelat merah itu juga terlilit utang Rp 4,6 triliun. Sehingga Andry berharap pendapatan dari Sirkuit Mandalika itu sendiri termasuk dari kewajiban pembayaran jangka panjang dan jangka pendeknya itu dapat segera terselesaikan. “Dengan event yang rutin diselenggarakan,” tutur Andry.
Pilihan Editor: ITDC dan 7 Investor Teken Kerja Sama untuk Investasi di KEK Mandalika, Nilainya Rp 1,5 Triliun