TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Inanrno Djajadi mengatakan pasar saham Indonesia melemah 2,61 persen month to date (mtd) ke level 6.758,79, hingga 27 Oktober 2023. Sebelumnya, pada September 2023, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih di level 6.939.
Pelemahan pasar saham Oktober ini pun membuat dana asing banyak yang keluar dari Indonesia. "Non-resident (asing) mencatatkan outflow (dana keluar) sebesar Rp 6,37 triliun hingga 27 Oktober 2023 (mtd). September kemarin, outflow sebesar Rp 4,06 triliiun mtd," kata Inarno dalam konferensi pers yang digelar virtual pada Senin, 30 Oktober 2023.
Namun di tengah pelemahan ini, kata Inarno, ada dua sektor di IHSG yang masih menguat. Kedua sektor tersebut, yakni sektor infrastruktur dan sektor healthcare.
Lebih lanjut, Inarno mengatakan bahwa secara year to date (ytd) IHSG melemah 1,34 persen. Non-resident membukukan net sell sebesar Rp 11,61 triliun. Sebelumnya, pada September 2023, net sell tercatat sebesar 5,24 triliun ytd.
Adapun dari sisi likuiditas transaksi, lanjut Inarno, rata-rata transaksi pasar saham pada Oktober 2023 turun menjadi Rp 10,32 triliun mtd dan Rp 10,47 triliun secara ytd. Adapun September lalu, rata-rata transaksi tercatat Rp 11,36 triliun mtd dan Rp 10,49 triliun ytd.
Kemudian, sejalan dengan pergerakan global, pasar SBN per 26 Oktober 2023 membukukan outflow investor asing sebesar Rp 13,63 triliun mtd. Sehingga, kata Inarno, mendorong kenaikan yield SBN rata-rata sebesar 40,86 bps mtd di seluruh tenor.
"Secara ytd, yield SBN naik rata-rata sebesar 25,48 bps di seluruh tenor dengan non-resident mencatatkan net buy sebesar Rp 47,19 triliun ytd," ujar dia.
Pilihan Editor: IHSG Rebound di Sesi I Hari Ini, Samuel Sekuritas: Didorong Menguatnya Saham Big Cap