Selain itu, pelaku pasar kemungkinan juga akan mencermati pelambatan ekonomi dari data-data yang dirilis oleh negara-negara ekonomi besar, seperti Zona Euro, China, Inggris, Jepang. Menurut Ariston, indikasi pelambatan tentunya bisa mendorong penguatan aset aman seperti dolar AS.
Sementara dari internal, Ariston mengatakan data inflasi bisa saja menjadi penggerak rupiah. “Tapi biasanya sentimen eksternal lebih mendominasi,” katanya.
Dengan kondisi perekonomian domestik yang saat ini cukup baik, data inflasi masih diperkirakan berada di bawah kisaran target Bank Indonesia. “Ini artinya inflasi masih terkendali dan bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah,” ujar pengamat pasar uang ini.
Lebih lanjut, Ariston menekankan bahwa penting bagi pemerintah dan Bank Indonesia untuk memantau dan menjaga pergerakan rupiah terhadap dolar AS. “Bila rupiah terlalu jauh dan terlalu cepat melemah, ini bisa menurunkan kepercayaan pasar terhadap rupiah dan rupiah bisa ditinggalkan,” katanya.
Untuk perdagangan besok Senin, Ariston memprediksi nilai rupiah berada di kisaran Rp 15.900 hingga Rp 16 ribu per dolar AS.
Pilihan Editor: Indonesia-Jepang Bahas Peningkatan Kerja Sama Bidang Produk Olahan Ikan