Sementara itu, lanjut Alvin, nilai kurs rupiah yang mendekati Rp 16 ribu per dolar AS juga berdampak pada biaya operasi maskapai penerbangan. Dia menjelaskan ada tiga unsur utama dalam biaya operasi maskapai penerbangan.
Ketiga unsur itu adalah bahan bakar pesawat atau avtur sekitar 36 persen, pemeliharaan sekitar 16 persen, dan sewa pesawat atau penyusutan sebesar 14 persen. Jadi totalnya adalah 66 persen.
Menurut dia, pemeliharaan pesawat membutuhkan suku cadang yang dihargai dalam mata uang dolar AS atau euro. Begitu juga dengan transaksi sewa pesawat dan avtur juga menggunakan valuta asing.
"Memang akan terasa agak berat, tapi itu juga lebih realistis daripada ditekan-tekan terus, maskapai penerbangan akan kesulitan melaksanakan pelayanannya," tutur Alvin.
Alvin menyebut masyarakat akan merasa keberatan dengan harga tiket pesawat jika tarif batas atas ditinjau. Namun, menurut dia, harus dicari solusi yang adil bagi maskapai dan konsumen.
"Sebab kalau untuk konsumen saja, kami khawatir perlahan-lahan airlines mengurangi pelayanannya, hanya rute-rute yang menguntungkan yang dilayani, yang kurang setop dulu, ujung-ujungnya masyarakat yang rugi," tutur dia.
Pilihan Editor: Bulog Bakal Impor Beras Lagi 700 Ton Tahun Ini dari 4 Negara