Selanjutnya transaksi dari Belanda sebesar US$ 696,28 juta atau 3,09 persen, Mesir sebesar US$ 591,72 juta atau 3,09 persen, Filipina sebesar US$ 526,95 juta atau 2,34 persen, Amerika Serikat sebesar US$ 423,7 juta atau 1,88 persen, Jepang sebesar US$ 330,89 juta atau 1,47 persen, serta Persatuan Emirat Arab sebesar US$ 295,84 uta atau 1,31 persen.
Adapun 10 produk dengan transaksi terbesar selama TEI 2023, antara lain batu bara sebesar US$ 13,26 miliar dengan persentase 58,93 persen. Kemudian produk kimia dan organik sebesar US$ 2,92 miliar, industri strategis sebesar US$ 2,73 miliar, produk elektronik sebesar US$ 612,32 juta, dan makanan olahan sebesar US$ 449,88 juta.
Lalu produk pertanian sebesar US$ 407,43 juta, kertas dan produk kertas sebesar US$ 382,85 juta, kopi dan teh sebesar US$ 370,39 juta, perhiasan sebesar US$ 280,44 juta, serta produk ikan dan makanan laut sebesar US$ 164,19 juta.
Zulhas juga mengungkapkan, TEI 2023 juga dirangkai dengan gelaran Jakarta Muslim Fashion Week (JMFW) 2024 dan berhasil mencatatkan transaksi sebesar US$ 20,1 juta atau setara Rp330 miliar. Menurut dia, hal ini membuktikan bahwa produk muslim fesyen kita diminati oleh pasar internasional. Oleh karena itu, ekosistem industri ini harus dijaga. Sehingga, tuturnya, jangan sampai dibanjiri barang-barang impor ilegal yang akan mematikan industri dalam negeri.
"Jika ingin menjadi negara maju, syaratnya ada yang diakui dunia yaitu produk-produk kita. Jika ekspor kita bisa menguasai dunia, barulah 2045 kita bisa menjadi negara maju," ucap Zulhas.
RIANI SANUSI PUTRI
Pilihan editor: Kontrak Dagang di Hari Keempat Trade Expo Indonesia Capai Rp 128 Triliun