Berdasarkan laman Badan Pusat Statistik Kabupaten Boyolali, persentase penduduk miskin di eks-Karesidenan Surakarta, tepatnya di Kota Surakarta atau Solo adalah 8,84 persen pada tahun 2022 lalu. Angka ini turun dari tahun sebelumnya, 2021, dimana kemiskinan Kota Surakarta mencapai 9,40 persen.
Sementara, jumlah penduduk miskin di Solo pada 2022 berada pada angka 45,94 ribu jiwa. Jumlah ini lebih rendah dari dua tahun sebelumnya, yakni pada 2020 dan 2021, secara berturut-turut adalah 47,03 ribu jiwa dan 48,78 ribu jiwa.
Berdasarkan data BPS Kabupaten Boyolali, indeks Kedalaman kemiskinan (P10) di Kota Surakarta pada 2020 sebesar 1,50 persen. Kemudian, sempat mengalami kenaikan pada 2021 hingga mencapai angka 1,83 persen. Namun, angka tersebut berhasil diturunkan pada 2022 menjadi 1,07 persen. Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index) adalah ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan.
Sementara itu, indeks keparahan kemiskinan (P2) di Kota Solo pada 2022 adalah 0,27 persen. Angka ini jauh lebih rendah dari tahun sebelumnya yang mencapai 0,54 persen pada 2021 dan 0,38 persen di tahun 2020. Indeks Keparahan Kemiskinan (Poverty Severity Index) ini memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran di antara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin.
Adapun untuk indeks pembangunan manusia (IPM) Kota Solo pada 2022 berada di angka 83,03. Sedangkan, pada 2021 dan 2020 berturut-turut berada di angka 82,21 dan 82,62 persen. Adapun Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mengukur capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup.
Sebagai ukuran kualitas hidup, IPM dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar. Dimensi tersebut mencakup umur panjang dan sehat, pengetahuan, dan kehidupan yang layak. Untuk mengukur dimensi hidup layak, digunakan indikator kemampuan daya beli masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata besarnya pengeluaran per kapita sebagai pendekatan pendapatan yang memiliki capaian pembangunan untuk hidup layak.
RADEN PUTRI
Pilihan Editor: Denny Indrayana Dorong Dibentuk MKMK untuk Pemeriksaan Pelanggaran Etika Anwar Usman