TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah ditutup menguat 39 poin ke level Rp 15.699 per dolar AS dalam perdagangan Rabu sore, 11 Oktober 2023. Sebelumnya, rupiah berada di level Rp 15.738 per dolar AS.
“Untuk perdagangan besok, rupiah diprediksi fluktuatif tapi ditutup melemah di rentang Rp 15.670 hingga Rp 15.750 per dolar AS,” ujar Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, dalam keterangan tertulis, Rabu, 11 Oktober 2023.
Ibrahim mengklaim pasar merespons positif terhadap pernyataan Dana Moneter Internasional (IMF) soal proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di level 5 persen untuk 2023 dan 2024. “Proyeksi ini tidak berubah dibandingkan perkiraan sebelumnya,” katanya.
Sementara itu, IMF memperkirakan inflasi Indonesia mencapai 3,6 persen year-on-year (yoy) pada akhir 2023 dan terus melandai hingga 2,5 persen yoy pada akhir 2024. Proyeksi tersebut diambil berdasarkan asumsi kebijakan fiskal dan moneter RI.
Lebih jauh, kata Ibrahim, IMF mengatakan proyeksi ekonomi RI didasarkan pada kebijakan pemerintah yang mempertahankan kebijakan fiskal yang netral, disertai dengan kebijakan pajak dan reformasi administrasi yang moderat, realisasi belanja negara, dan peningkatan belanja modal secara bertahap dalam jangka menengah yang sejalan dengan ruang fiskal.
Kemudian IMF juga mengatakan asumsi kebijakan moneter Bank Indonesia sejalan dengan inflasi yang berada di kisaran target bank sentral dalam jangka menengah.
Di sisi lain, IMF memangkas outlook ekonomi global menjadi 2,9 persen untuk 2024 atau turun 0,1 persen. “Adapun proyeksi pertumbuhan ekonomi 2023 tidak berubah di level 3 persen. Penurunan outlook ekonomi global pada tahun 2024 didasari oleh masih tingginya prospek inflasi tahun depan,” kata Ibrahim.
Lebih jauh, IMF juga meningkatkan proyeksi inflasi global untuk 2024 dan menyerukan bank sentral untuk menjaga kebijakannya tetap ketat, sampai tekanan harga mereda untuk waktu yang lama.
Dalam laporan terbaru, IMF meningkatkan proyeksi inflasi secara global menjadi 5,8 persen. Angka ini naik dari 5,2 persen pada bulan lalu. “IMF juga memperkirakan inflasi akan berada di atas target bank sentral hingga 2025,” kata Ibrahim.
Lonjakan tersebut dipicu oleh sejumlah faktor, termasuk gangguan rantai pasokan akibat pandemi Covid-19, stimulus fiskal sebagai respons tehadap lockdown global, permintaan dan pasar tenaga kerja yang ketat di AS, serta gangguan pangan dan energi akibat invasi Rusia ke Ukraina yang kemudian berdampak khusus di Eropa dan Inggris.
Pilihan Editor: BI Ekspedisi Rupiah ke Pulau-pulau Terpencil di Kalsel