TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah perbankan berbondong-bondong mulai merambah ke segmen bisnis Buy Now Pay Later (BNPL) alias paylater. Direktur Eksekutif Center of Economi and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira, mengatakan setidaknya terdapat empat faktor yang dinilai menjadi alasan bank terjun ke bisnis ini.
“Maraknya bank masuk ke paylater ini karena, pertama, bank melihat bahwa tingkat pertumbuhan kredit konsumsi itu masih cukup tinggi dan menjanjikan,” ujar Bhima ketika dihubungi oleh Tempo, Minggu, 8 Oktober. Ia mengatakan masih banyak masyarakat yang membutuhkan pinjaman konsumtif dalam jangka pendek.
Kedua, kata Bhima, bank juga merasa bahwa mereka memiliki basis nasabah. “Secara branding dan kepercayaan tentu nasabah atau calon peminjam paylater lebih percaya dengan perbankan dibandingkan penyedia layanan non-bank misalnya,” ujarnya.
Ketiga, Direktur Celios itu juga melihat bahwa potensi paylater nanti bukan hanya pembiayaan untuk e-commerce, tapi juga para perbankan bisa mendorong pembiayaan paylater lewat merchant-merchant yang sudah memiliki rekening atau memiliki jasa transaksi pembayaran.
“Kan jadi ada cafe, cafenya udah ada kerja sama dengan bank, contohnya dalam bentuk QRIS, jadi tinggal masukin fasilitas pay later. Jadi, kalo konsumen mau beli cafe pake paylater jadi bisa difasilitasi oleh bank,” ucapnya.
Suku bunga paylater non perbankan masih tinggi