TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia (BI) terus mengambil langkah-langkah untuk mengantisipasi rambatan risiko global ke ekonomi dalam negeri. Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti mengatakan kebijakan moneter saja tidak cukup untuk menjaga stabilitas ekonomi.
“Ini (kebijakan moneter) cuma menjaga stability sementara,” ujar Destry dalam seminar nasional di Hotel Four Seasons, Jakarta, Rabu, 4 Oktober 2023.
Oleh sebab itu, bank sentral harus terus ikut mendorong pertumbuhan ekonomi lewat kebijakan makroprudensial. Salah satunya adalah dengan pemberian berbagai insentif lewat Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial atau KLM.
Insentif KLM terbaru itu ditujukan ke perbankan yang menyalurkan kredit atau pembiayaan secara cepat ke sektor-sektor prioritas. Bentuknya adalah potongan untuk setoran giro wajib minimum (GWM).
Bank Indonesia, kata Destry, telah menaikkan KLM menjadi 4 persen dari yang sebelumnya 2,8 persen. “Sehingga kalau kita lihat perkiraan, akan ada tambahan likuiditas mencapai Rp 160 triliun,” ujarnya.
Hal ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan kredit dan pembiayaan untuk menjaga pemulihan sekaligus membangkitkan perekonomian. Adapun kebijakan ini telah dikeluarkan dan berlaku efektif sejak 1 Oktober 2023.
Sektor-sektor prioritas yang mendapatkan penyaluran kredit tersebut meliputi antara lain hilirisasi minerba dan nonminerba, perumahan termasuk perumahan rakyat, serta pariwisata termasuk perhotelan dan restoran. Ada juga pembiayaan inklusif termasuk untuk usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan ultra mikro, serta pembiayaan hijau.
Selain pada sektor makroprudensial, kebijakan dalam sistem pembayaran juga ditingkatkan agar kualitas resiko pembayaran lebih aman dan nyaman. “Digital banking atau uang elektronik ini peningkatannya luar biasa. Penggunaan QRIS sudah mencapai 29 juta pengguna dengan merchant kurang lebih 26 juta, jadi transaksi terus mengalami peningkatan,” ujar Destry.
Menurut dia, salah satu faktor yang mendorong konsumsi masyarakat itu adalah bagaimana efesiensi transaksi dalam melakukan sistem pembayaran. Selain itu, kebijakan untuk pendalaman pasar keuangan dan kebijakan ekonomi inklusif dan hijau juga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.
“Banyak hal-hal yang diinisiasi oleh pemerintah termasuk kami mengelurkan SRBI (Sekuritas Rupiah Bank Indonesia) dan itu sebagai instrumen moneter kita, juga untuk pendalaman pasar keuangan, belum lagi kebijakan keuangan inklusif untuk UMKM,” ujarnya.
Pilihan Editor: Nilai Tukar Rupiah Tetap Terjaga, Gubernur BI: Lebih Baik dari India, Filipina, dan Thailand