Adapun Batam menjadi pilihan untuk membangun pabrik panel surya setelah pemerintah membidik peluang ekspor listrik ke Singapura.
Laporan Majalah Tempo pada 5 Juli 2023 lalu menyebut panel surya menjadi pilihan karena Singapura ingin listrik dari sumber energi terbarukan. Untuk memenuhi kebutuhan listrik 4 gigawatt di Singapura, maka diperlukan pasokan panel surya berkapasitas 24 gigawatt-peak.
Adapun pemerintah menghendaki panel surya tersebut dibuat di dalam negeri dan salah satu yang berpeluang menjadi pemasok adalah Indonesia Solar Panel Industry and Renewable Alliance atau Inspira.
Perusahaan tersebut adalah konsorsium beranggotakan beberapa perusahaan seperti PT Adaro Power (anak usaha Adaro Energy), PT Medco Power (anak usaha grup Medco), PT Energi Baru TBS (anak usaha PT TBS Energi Utama Tbk), dan PT Utomo Juragan Atap Surya Indonesia.
"Konsorsium ini akan menyatukan permintaan agar produsen panel surya Tier 1 mau berinvestasi di Indonesia," kata Direktur Utama Utomo Juragan Atap Surya Indonesia, Anthony Utomo, kepada Tempo, 3 April 2023.
Dengan adanya rencana tersebut, Xinyi disebut-sebut berpeluang memasok panel surya. Meski begitu, pendiri Artha Graha, Tomy Winata memastikan belum semua lahan di Rempang Eco-City akan digunakan oleh Xinyi untuk membangun pabrik.
“Kalau Anda punya rumah 1.000 meter, boleh pakai semua? Kan tidak," kata Tomy Winata.
Ia menambahkan, saat ini tidak hanya Xinyi yang sudah bekerja sama dengan MEG untuk mengisi lahan di Rempang. Bahkan, sebetulnya ada 12 perusahaan lokal dan asing yang berinvestasi di sana. Tomy Winata pun mengaku dalam beberapa waktu terakhir bolak-balik ke luar negeri untuk menemui calon investor.
AISHA SHAIDRA | EGI ADYATAMA | FAJAR FEBRIANTO | KHAIRUL ANAM
PIlihan Editor: Modal Xinyi dan Artha Graha Membangun Pulau Rempang