TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif was-was masyarakat golongan mampu beralih menggunakan bahan bakar minyak (BBM) subsidi jenis Pertalite. Hal ini seiring melonjaknya harga minyak mentah dunia yang diikuti kenaikan harga BBM non subsidi seperti Pertamax.
"Kami harap, kami imbau, jangan masuk sektor subsidi. Yang berkendara kan banyak dari segmen mampu," kata Arifin ketika ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Jumaat. 15 September 2023.
PT Pertamina (Persero) telah menyesuaikan harga BBM nonsubsidi pada Jumat, 1 September 2023. Harga Pertamax naik menjadi Rp 13.300 per liter. Sebelumnya, Pertamax dibanderol Rp 12.400 per liter. Tak hanya BBM dengan RON 92, sejumlah BBM nonsubsidi lainnya juga dilaporkan mengalami kenaikan harga.
Pertamax Green (RON 95) kini dijual dengan harga Rp 15.000 per liter, dari sebelumnya Rp 13.500. Kemudian, harga Pertamax Turbo naik dari Rp 14.400 per liter menjadi Rp 15.900. Sedangkan Dexlite dipasarkan dengan harga Rp 16.350 dan Pertamina Dex Rp 16.900 per liter.
Adapun dalam perdagangan Kamis (Jumat pagi waktu Indonesia) harga minyak dunia naik ke level tertinggi tahun 2023. Harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman November terangkat US$ 1,82 atau 1,9 persen menjadi US$ 93,89 per barel di London ICE Futures Exchange. Hal ini terjadi setelah harga minyak dunia mencapai level tertinggi di US$ 93,89 per barel, yang merupakan level tertinggi sejak November 2022.
Sementara minyak mentah berjangka West Texs Intermediate AS untuk pengiriman Oktober menguat US$ 1,64 atau 1,85 persen menjadi US$ 90,16 per barel di New York Mercantile Exchange. Harga menetap di atas US$ 90 untuk pertama kalinya sejak November lalu.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sebelumnya menjelaskan pada APBN 2023 pemerintah menganggarkan Rp 8,5 triliun untuk 8.654,2 kiloliter BBM. Direktur Jenderal Anggaran Kemenkeu Isa Rachmatarwata menambahkan, pihaknya terus mencermati potensi subsidi BBM, LPG hingga listrik yang melampaui kuota yang disediakan.
Kemenkeu dalam hal ini bekerja sama dengan badan usaha, seperti Pertamina dan PLN, untuk mengendalikan volume BBM, LPG hingga listrik subsidi yang dikonsumsi masyarakat. Sebab, harga BBM dan bahan baku untuk menghasilkan listrik pada tahun ini lebih rendah daripada yang diperkirakan pada saat penyusunan APBN.
"Tapi ini akan terus kami cermati dan terutama kami ingin mengajak semua pihak untuk menjaga agar konsumsi BBM bersubsidi, listrik bersubsidi, dan LPG (bersubsidi) bisa kita kendalikan bersama dan tidak melampaui kuota yang sudah ditetapkan," kata Isa, pertengahan Agustus 2023 lalu.
RIRI RAHAYU | RAFIF RAHEDIAN | AMELIA RAHIMA SARI | ANTARA
Pilihan Editor: Naik Turun Harga BBM Subsidi selama Jokowi Menjabat Presiden