TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra menyatakan rupiah berpotensi melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) seiring dengan kenaikan tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS.
“Pasar kemungkinan mengantisipasi kenaikan inflasi konsumen AS bulan Agustus 2023 yang akan dirilis Rabu malam, 13 September 2023, melebihi data sebelumnya. Ekspektasi 3,6 persen dengan data bulan sebelumnya 3,2 persen year on year (yoy),” ujar dia ketika dihubungi di Jakarta, Selasa, 12 September 2023.
Dengan potensi kenaikan inflasi AS, maka kemungkinan suku bunga tinggi akan dipertahankan untuk jangka waktu yang lebih lama menjadi lebih besar, sehingga bisa mendorong pasar masuk ke dolar AS.
Selain itu, pelemahan rupiah dipengaruhi data penjualan ritel Indonesia bulan Juli 2023 yang tumbuh jauh di bawah pertumbuhan bulan Juni 2023, yakni sebesar 212,7 dari sebelumnya 222,9. Hal ini dinilai turut memberikan sentimen negatif ke rupiah.
“Hari ini, potensi pelemahan ke arah Rp 15.350 per dolar AS, dengan potensi support di kisaran Rp 15.300 per dolar AS,” ucap Ariston.
Selanjutnya: Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan....