TEMPO.CO, Jakarta - Executive Vice President (EVP) Sekretaris Perusahaan PT Hutama Karya (Persero) Tjahjo Purnomo PT Hutama Karya (Persero) membeberkan dua proyek terbaru yang digarap oleh perseroan dengan nilai total Rp 1,2 triliun.
Dua proyek itu adalah pembangunan Bendungan Cijurey paket II dan Jaringan Distribusi Utama (JDU) Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional Benteng Kobema (Seksi Lubuk Puar – Sebakul).
Proyek pertama adalah pembangunan Bendungan Cijurey paket II senilai Rp 1,05 triliun. Bendungan ini berlokasi di Desa Sukadamai, Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor. Dalam proyek tersebut, Hutama Karya berkolaborasi dengan PT SAC Nusantara.
Kerja sama itu dijalankan melalui skema kerjasama operasi (KSO) Hutama - SAC Nusantara, dengan porsi Hutama Karya 70 persen dan SAC Nusantara 30 persen. Adapun penandatanganan kontrak telah dilaksanakan di Kantor Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Kebayoran Baru, Jakarta Selatan pada akhir Agustus lalu.
Tjahjo menjelaskan bahwa lingkup pekerjaan pada proyek Bendungan Cijurey meliputi pekerjaan persiapan, pekerjaan jalan akses inspeksi genangan, pekerjaan bendungan utama, pekerjaan bangunan pengendali sedimen, pekerjaan instrumentasi dan pekerjaan sistem manajemen keselamatan konstruksi (SMKK).
Hutama Karya, kata Tjahjo, telah memiliki portofolio dalam membangun sejumlah bendungan besar seperti Bendungan Semantok, Bendungan Ameroro, Bendungan Ladongi, dan lain sebagainya. "Sehingga kami yakin dalam menyelesaikan Proyek Bendungan Cijurey ini tepat waktu di tahun 2026 nanti,” tuturnya.
Dalam pengerjaan proyek, Hutama karya bekerja mengedepankan kualitas dan memperhatikan keberlanjutan lingkungan dengan menerapkan Green Construction dan Digital Construction.
Nantinya jika proyek rampung bakal berdampak besar dengan mengairi sawah seluas 2.047 hektare di Kabupaten Bogor, air baku sebesar 0,71 meter kubik per detik, Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) sebesar 2 x 0,5 MW dan dapat mereduksi banjir sebesar 291,47 meter kubik per detik.
Tjahjo menyebutkan proyek itu akan mengimplementasikan sejumlah teknologi konstruksi seperti BIM sebagai upaya untuk pengendalian produksi dan kontrol mutu di lapangan. Selain itu juga penggunaan teknologi CCTV yang terkoneksi dengan program Project Management Information System (PMIS) yang dapat dikontrol secara real time.
Adapun untuk proyek kedua, yakni Jaringan Distribusi Utama (JDU) Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) yang berlokasi di Bengkulu senilai Rp 246,8 Miliar. Dalam proyek ini, Hutama Karya menggandeng PT Gala Karya melalui skema KSO Hutama – Gala, dengan porsi Hutama Karya 65 persen dan Gala Karya 35 persen.
Proyek itu akan mengedepankan keterlibatan masyarakat setempat sebagai tenaga kerja lokal dalam pembangunannya. Adapun penandatanganan kontrak proyek itu telah dilakukan di Kantor Kepala Balai Prasarana Permukiman Wilayah Bengkulu pada Selasa, 15 Agustus 2023 lalu.
Tjahjo menyebutkan proyek yang masuk dalam daftar Proyek Strategis Nasional (PSN) ini ditargetkan rampung pada akhir tahun 2024 mendatang. Dengan rampungnya proyek tersebut, diharapkan bakal membantu mengalirkan air minum ke Kabupaten Bengkulu Tengah dengan kapasitas 113 liter per detik, Kabupaten Seluma 62 liter per detik dan ke kota Bengkulu 225 liter per detik.
Proyek ini meliputi pekerjaan pemasangan pipa High Density Polyethylene (HDPE) yang sering digunakan dalam pengerjaan pengairan air yang awet hingga 50 tahun sehingga perairan akan dipastikan aman untuk waktu yang lama. Hutama Karya juga mengerjakan pemasangan pipa dengan metode Open Trench (galian terbuka) dan pekerjaan jembatan pipa sepanjang 26.840 meter.
Tjahjo menerangkan bahwa proses pekerjaan ini nantinya akan dilakukan dengan terus melakukan pengawasan dari sisi manajemen risiko dan penerapan sistem K3 yang baik. "Agar para pekerja lebih efektif tanpa khawatir adanya bahaya dan risiko yang ada di lapangan,” tuturnya.
Selain itu, dalam konstruksinya, akan Hutama Karya akan menerapkan metode horizontal directional drilling untuk mempermudah pemasangan jaringan pipa air bersih maupun fiber optik dan dilakukan juga pengukuran ulang dengan GPS real time kinematic (RTK).
ANTARA
Pilihan Editor: Asap Karhutla Sumatera, Hutama Karya Siapkan Skenario Tutup Jalur Tol