TEMPO.CO, Jakarta - Jaringan Advokasi Tambang atau Jatam menanggapi soal langkah Indonesia dalam mempromosikan investasi pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara dalam KTT ke-43 ASEAN. Jatam menilai banyak rentetan masalah yang muncul di balik pembangunan IKN.
Mareta Sari dari Jatam Kalimantan Timur menilai KTT ASEAN sebagai momentum pemerintah mengobral ruang hidup di Indonesia lewat mega proyek IKN. Pertemuan ini, kata dia, disinyalir untuk menyedot sejumlah investor dari berbagai negara, terutama yang kaya seperti Cina, Singapura, dan
Korea Selatan.
"Karenanya, kami melihat bagaimana negara secara terang-terangan ingin menunjukkan mereka punya kuasa. Kita tahu IKN tak berdiri di atas ruang kosong, tetapi ada konsesi yang terhubung dengan pemerintah saat ini," ujar Merata dalam keterangan tertulis, Kamis, 7 September 2023.
Adapun Presiden Joko Widodo alias mengatakan bahwa KTT ke-43 ASEAN ini telah menghasilkan 93 komitmen investasi antara negara anggota dan mitra ASEAN. 93 proyek kerjasama itu diperkirakan bernilai sebesar US$38 miliar dan ada 73 proyek potensial sebesar US$17,8 miliar
Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN) pun menyatakan bahwa mayoritas investor yang berminat berinvestasi di IKN berasal dari negara ASEAN. Ada dua perusahaan yang berkomitmen membangun 20 tower rumah susun di IKN. Sedangkan Singapura mencurahkan minatnya pada infrastruktur hijau, renewable energy dan pengolahan limbah.
Mareta mengatakan pemerintah menjual 'industri ramah lingkungan' untuk IKN seperti nikel untuk mobil listrik. Seperti diketahui, pemerintah mengklaim pengembangan IKN akan menggunakan konsep smart dan forest city yang menggunakan energi bersih dan terbarukan sebagai sumber listriknya.
Pembangunan IKN dengan deforestasi besar-besaran