TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Malaysia meningkatkan kerjasama perdagangan dengan Indonesia, mulai dari kerjasama di sektor ekonomi digital hingga ekonomi halal. Hal ini disampaikan Menteri Perdagangan Internasional dan Industri Malaysia Tengku Datuk Seri Zafrul Tengku Abdul Aziz saat di sela mengikuti KTT ASEAN 5-7 September 2023 di Jakarta.
Menurut Tengku Zafrul, Indonesia masih menjadi partner dagang terbesar Malaysia. Investment Malaysia ke Indonesia lebih lah. Karena kita sudah lama di sini. Kita ada bank CIMB, Maybank, xl, palm oil dan sebagainya. Kita dapat lihat bahwa dari segi lintas batas dua negara, perdagangan meningkat. Investasi perlahan naik lagi," kata dia dalam wawancara dengan wartawan Tempo di Hotel Four Season, Jakarta, Senin 4 September 2023.
Saat ini perdagangan Malaysia-Indonesia senilai 30 miliar US dolar. Umumnya kimia, petrokimia, sawit dan produk terkait. "Kami mau tingkatkan lagi perdagangan dalam digital, e-commerce untuk usaha kecil menengah," kata dia. Sebab, kalau perdagangan ini hanya dilakukan oleh perusahaan besar, akan kurang besar manfaatnya.
Tengku Zafrul memberi contoh soal kopi. Salah satu usaha kopi yang masuk pasar Malaysia adalah Kopi Kenangan. "Itu popular di Malaysia sekarang," kata dia. "Itu pun karena kita bekerja sama. Mula-mula online kan. Terus dia buka kedai. Dan macam-macam lagi lah produk-produk yang kita mau buat bersama-sama." kata dia.
Satu sektor lagi yang perlu diperkuat karena peluangnya besar adalah adalah ekonomi halal. Menurut Tengku Zafrul, begitu banyak negara di dunia melihat Malaysia dan Indonesia untuk produk yang memiliki sertifikasi halal. "Mereka mau datang sini, buka pabrik di sini. Dan juga perusahaan-perusahaan kita pun mesti ambil kesempatan untuk mensertifikasi halal produknya supaya pasar mereka lebih besar."
Saat ini, kata Tengku Zafrul, standar halal Indonesia dan Malaysia sudah sama. Standar ini sudah disamakan melalui nota kesepahaman yang disaksikan oleh Presiden Jokowi saat bertemu Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim Juni lalu di Kuala Lumpur, Malaysia, "Kalau halal di Indonesia, halal di Malaysia," kata dia.
Nota kesepahaman soal sertifikasi halal ini, kata Tengku Zafrul, yang pertama setelah lama tak mencapai kata sepakat. Sebab, sebelumnya kedua negara mau saling memproteksi. Dengan kesepakatan ini, kata dia, "Perusahaan Indonesia sekarang boleh ekspor terus ke Malaysia, tidak perlu tunggu halal Malaysia."
Tengku Zafrul mengakui bahwa proses untuk mendapatkan sertifikasi halal selama ini cukup lama. "Banyak barang-barang Indonesia yang mau ekspor ke Malaysia, tunggu halal 2-3 tahun. Ya, kita halal lama. Karena dia perlu cek. Misalnya seperti jamu. Dia mau tahu dari mana bahannya. Sekarang kata Indonesia Halal, ya halal (di Malaysia)," kata dia. Saat ini sertifikasi halal sudah lebih cepat. Walaupun, kata dia, di ASEAN ini yang paling cepat mengeluarkan sertifikat halal adalah Thailand. "Satu bulan bisa dapat sertifikasi halal."
Selain soal e-commerce dan ekonomi halal, dalam hubungan Indonesia-Malaysia sudah sudah ada kemajuan soal kerjasama ekonomi lintas batas Indonesia atau Border Trade Agreement, utamanya di Kalimantan. Kesepakatan ini ditandatangani Menteri Perdagangan Malaysia Tengku Zafrul dengan Menteri Perdagangan Indonesia Zulkifli Hasan saat Presiden Jokowi melakukan kunjungan kerja ke Kuala Lumpur, Malaysia, Juni lalu.
Kemajuan dari kerjasama itu, kata Tengku Zafrul, sudah ada dan ini memudahkan orang-orang yang di Kalimantan, Sabah dan Sarawak. Mereka kini boleh bawa barang tidak perlu melewati birokrasi di imigrasi. "Bawa barang keperluan harian, sekarang tidak perlu perizinan, tak perlu ke imigrasi," kata dia. Namun ketentuan ini tak berlaku untuk perlintasan skala industri.
Pilihan Editor: Prabowo Bakal Bikin Lumbung Pangan di Rawa-rawa, Pengamat: Gagasan Lama dan Terbukti Gagal