TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengungkapkan dampak dari kekeringan ekstrem akibat fenomena El Nino. Ia mengatakan produksi beras di Tanah Air pun turun hingga lima persen.
"Analisa data kami, kalau ini El Nino dengan kapasitas yang sangat tinggi, kita kehilangan 1,2 juta ton beras," kata Syahrul saat ditemui di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Selatan pada Rabu, 30 Agustus 2023.
Karena itu, Kementerian Pertanian akan melakukan intensifikasi lahan sawah seluas 500 hektare untuk mengantisipasi dampak El Nino. Adapun Kementan mencatat ada 870 ribu hektare lahan petani yang terdampak kekeringan ini.
Program intensifikasi lahan pertanian ini akan dilakukan di 10 provinsi dan 100 kabupaten di Indonesia. Menurutnya, 500 hektare lahan tersebut merupakan daerah hijau sehingga produksi padi masih bisa digenjot meski pada masa El Nino.
Dengan program itu, Syahrul mengatakan hasil produksi di lahan tersebut bisa bertambah dengan indeks panen (IP) menjadi 300. Sehingga, kata dia, bisa menghasilkan 3 juta ton gabah.
"Di lapangan masih menunjukkan hujan masih ada, air di sungai-sungai kita ukur di Bengawan Solo, di Brantas ternyata masih cukup, artinya belum terdampak signfiikan," kata dia.
Selain melakukan intensifikasi lahan, Kementerian Pertanian juga melakukan peningkatan ketersediaan alat mesin pertanian atau alsintan untuk mempercepat tanam. Kementerian juga melakukan peningkatan ketersediaan air dengan membangun atau memperbaiki embung, dan parit, sumur dalam, sumur resapan, rehabilitasi jaringan irigasi tersier, dan pompanisasi.
Pemerintah juga akan menyediakan benih tahan kekeringan dan organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Disertai pelaksanaan program 1.000 hektare per kabupaten untuk memitigasi dampak El Nino. Ditambah dukungan pembiayaan kredit usaha rakyat (KUR) dan asuransi pertanian.
Pilihan Editor: Bapanas Pastikan Cadangan Beras Cukup Meski Produksi Turun 5 Persen Karena El Nino