Ada pun Badan Energi Internasional (IEA) memproyeksi permintaan energi di ASEAN rata-rata tumbuh 3 persen per tahun.
“Pastinya banyak orang (investor) tertarik membantu, mulai dari bank pembangunan atau swasta. Ini bisnis yang investasinya pasti digunakan, ada pembelinya, dan dominan bisa berpuluh tahun,” kata Andy yang juga Ketua Forum Bisnis Energi ASEAN.
Sebelumnya, Menteri ESDM Arifin Tasrif dalam Forum Pembiayaan Energi ASEAN menyebutkan solusi untuk menggaet investasi guna mendukung transisi energi di Asia Tenggara di antaranya pendanaan campuran atau blended finance.
Selain itu, bisa juga melalui kerja sama pemerintah dan badan usaha (PPP), dan pendanaan internasional.
Berdasarkan laporan Badan Energi Terbarukan Internasional (IRENA) untuk mengimplementasikan transisi energi, negara di ASEAN perlu pembiayaan sekitar US$ 29 triliun hingga 2050 dengan skema 100 persen energi terbarukan.
Investasi itu untuk pembangunan pembangkit energi terbarukan, trasmisi distribusi nasional dan internasional, penyimpanan pasokan BBM nabati, elektrifikasi, mobil listrik, dan stasiun pengisian kendaraan listrik. Tak hanya itu, juga menyangkut biaya tenaga kerja dan operasional.
Untuk mendorong investasi swasta, pemerintah menyiapkan insentif, kerangka kebijakan hingga prosedur investasi yang transparan.
Pilihan Editor: PLTU Dituding Penyebab Polusi Udara, PLN Beberkan Teknologinya Rendah Emisi