TEMPO.CO, Banyuwangi - Petani di Kabupaten Banyuwangi mulai mengembangkan bawang merah semi organik. Dengan model pertanian itu, setiap hektarnya diklaim bisa menghasilkan rata-rata 14,2 ton.
Sebagai salah satu sentra bawang merah di Jawa Timur, kabupaten yang berada di ujung timur pulau Jawa ini berupaya untuk mengembangkan bawang merah dengan menggunakan prinsip-prinsip budidaya organik.
Budidaya bawang merah ini dilakukan oleh 40 petani yang tergabung dalam kelompok Kijang Kencono, di lahan seluas 20 hektare. Pengembangan bawang merah di lahan ini menggunakan prinsip-prinsip budidaya organik.
Sebagian mulai menggunakan pupuk organik, lahan ditutup dengan mulsa plastik, dan diawali dengan pengapuran lahan yang tidak dilakukan pada budidaya secara konvensional.
Bawang merah di desa ini menggunakan varietas Tajuk. Dibandingkan varietas lokal, varietas ini memiliki usia tanam lebih pendek antara 65-70 hari, dengan produktivitas lebih tinggi, yakni 12-14 ton per hektar.
Dengan pertanian semi organik ditunjang jenis varietas tersebut, produktivitas bawang merah poktan Kijang Kencono rata-rata 14,2 ton per hektar. Meningkat dari sebelumnya sekitar 8 ton per hektar. Produktivitas tersebut juga lebih tinggi dibanding rata-rata kabupaten Banyuwangi di angka 11,6 ton per hektar.
Dengan demikian apabila di rata-rata, dengan harga pasar bawang merah Rp 11.000 per kilogram, kelompok tani ini mampu menghasilkan Rp. 3,12 miliar. Selain di Wongsorejo sentra bawang merah di Banyuwangi, juga ada di Kecamatan Muncar, Tegaldlimo, dan Srono.
Plt Kepala Dinas Pertanian dan Pangan, Ilham Juanda, mengatakan total luas tanam bawang merah di Banyuwangi (2022) mencapai 1.178 hektar, dengan produksi mencapai 7.538,4 ton. Sedangkan kebutuhan masyarakat sebesar 4.891,38 ton. Sehingga terjadi surplus 2.647,02 ton.
"Kami berikan bantuan khusus pengembangan bawang merah, antara lain pupuk organik cair, NPK, mulsa, dolomit, dan pencegahan hama/penyakit," kata Ilham dalam keterangan tertulis yang diterima Tempo, Rabu, 9 Agustus 2023.
Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandiani mengapresiasi penerapan prinsip-prinsip organik dalam pertanian bawang merah itu.
“Pemkab akan mendukung apa yang dilakukan petani di sini, dan bahkan akan menjadi percontohan sentra bawang merah lainnya di Banyuwangi,” kata Ipuk Fiestiandani, saat panen raya bawang merah, di Desa Bimorejo, Kecamatan Wongsorejo, Selasa sore, 8 Agustus 2013.
Pemerintah Banyuwangi, kata Ipuk, akan memperluas percontohan pertanian organik ini di sejumlah sentra bawang merah yang lain. “Tentu butuh proses lama untuk benar-benar murni organik. Ini adalah langkah awal untuk mengarah ke sana,” imbuhnya.
Bawang merah merupakan salah satu komoditas pangan strategis yang sering kali memicu inflasi. Ipuk berharap dengan pengembangan bawang merah ini, pasokan bawang merah di Banyuwangi bisa tercukupi.
"Ini juga sebagai cara untuk mengendalikan inflasi,” tambah Ipuk.
Kepala Bank Indonesia Kantor Perwakilan Jember Gunawan yang hadir dalam panen raya tersebut mengatakan bakal memfasilitasi dan membantu petani untuk meningkatkan produksi bawang merah di Banyuwangi.
“Kami juga siap memfasilitasi. Kami akan berkoordinasi dengan kantor perwakilan yang lain untuk menjalin kerjasama antar daerah, sehingga produk surplus dari Banyuwangi bisa dipasok ke daerah lain,” kata Gunawan.
Pilihan Editor: Erick Thohir : Perputaran Uang di PIK Capai 65 Miliar Perbulan, Luar Biasa Kepemimpinan Pak Aguan